Safety Belum Maksimal, Akses Jalan Juga Sulit

By vegaensiklopedia10@gmail.com - 23.43


VEGA MA’ARIJIL ULA/RADAR KUDUS

SERU: Jawa Pos Radar Kudus berswafoto bersama penumpang perahu wisata Logung Selasa (25/2) lalu.

TIDAK PAKAI PELAMPUNG: Wisatawan melambaikan tangan saat sedang menjajal perahu wisata Logung

SANTAI: Samiono (mengoperasikan perahu) bersama penumpang duduk santai di atas perahu wisata Logung belum lama ini.

MEGAH: Kantor Bendungan Logung terlihat dari waduk Logung.


DAWE, Radar Kudus – Keamanan perahu wisata Logung Desa kandangmas, Dawe, Kudus belum maksimal. Payung hukum belum tersedia. Izin operasional standarisasi perahu dari Dinas Perhubungan (Dishub) Jawa Tengah tak kunjung turun. Tak hanya itu, akses jalan menuju perahu wisata Logung juga sulit.

Keamanan perahu yang belum maksimal itu terlihat dari pengunjung kloter pertama yang menaiki perahu tanpa menggunakan pelampung. Tepatnya pada Selasa (25/2) lalu. Padahal, di perahu tersebut sudah tersedia pelampung yang digantung di tiang-tiang perahu. Saat itu ada empat laki-laki yang menaiki perahu tipe viber bertuliskan Bintang Kejora.

Pantauan Wartawan Jawa Pos Radar Kudus di lapangan, saat itu ada 16 perahu yang terparkir di sebelah barat. Terdiri dari delapan perahu bertipe tongkang, tujuh perahu bertipe viber, dan satu speedboat. Untuk perahu tipe viber (dengan sayap penyeimbang) panjangnya enam meter. Lebarnya 130 sentimeter. Diatas perahu tersebut terdapat empat deret kursi. Untuk sekali memutari waduk Logung sepanjang tiga kilometer membutuhkan satu liter bensin.

Sedangkan untuk perahu viber (tanpa sayap penyeimbang) panjang perahunya lima meter. Lebar 190 sentimeter. Dan ada empat deret kursi. Satu liter bensin dibutuhkan untuk sekali berkeliling waduk Logung sepanjang 3 kilometer.

Lain dengan perahu viber, untuk tipe perahu tongkang memiliki panjang tujuh meter. Lebar 190 meter. Perahu tongkat juga memiliki empat deret kursi. Tetapi deret kursinya lebih panjang ketimbang perahu bertipe viber. Soal bahan bakar, perahu tongkang  membutuhkan satu liter bensin untuk sekali putaran.

Jika bertanya soal keamanan, perahu viber sudah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) pabrikan Pacitan, Jawa Timur serta dilengkapi surat-surat yang menerangkan perahu tersebut dibuat oleh CV. Mina Anugrah Industri Fiber Glass, kontraktor, supplyer Perdagangan Umum Jasa Angkutan.

Kebetulan, wartawan koran ini berkesempatan melihat file yang menyebutkan tentang perusahaan pembuat perahu tersebut. Tertera pada selembar kertas itu atas nama Bambang Purnomo selaku Direktur yang telah menyatakan bahwa telah membangun satu unit perahu.

Untuk speedboat juga sudah berstandar SNI. Sedangkan perahu bertipe tongkang belum berstandar SNI karena merupakan buatan warga sendiri. Jawa pos Radar Kudus mencoba bertanya ke salah seorang operator perahu. Namanya Samiono. Warga RT I/RW II Desa Kandangmas.

Samiono membeberkan, untuk perahu tipe tongkang belum standar. Sebab, itu hanya dibuat oleh warga Desa Kandangmas sendiri. Pengerjaannya hanya dua pekan. Cukup dilakukan seorang diri. ”Kalau viber dan speedboat itu sudah standar karena buatan pabrik,” jelas dia.

Dia memaparkan lebih lanjut, pada pekan sebelumnya, yakni Kamis (20/2) ada pihak Dishub Jawa Tengah yang meninjau perahu. Namun, itu hanya sekilas. Menurut Samiono, masing-masing operator diminta menunjukkan Surat Izin Mengemudi (SIM), dan menyerahkan data spesifikasi perahu. Mulai dari panjang perahu, lebar perahu, jenis mesin, dan data lainnya. ”Kamis Dishub Jateng kesini. Tanya-tanya soal perahu,” jelas Samiono.

Hal itu juga disampaikan oleh Ketua Pokdarwis Desa Kandangmas Sabari. Sabari mengatakan sudah mengajukan beberapa data perahu kepada pihak Dinas Perhubungan Jawa Tengah. Itu meliputi data pemilik perahu, pembuatan perahu, nama perahu, spesifikasi perahu, dan nomor mesin. ”Sebagai tindak lanjut dari kedatangan Dishub Jateng beberapa waktu lalu, saya sampaikan beberapa data perahu untuk di standarisasi,” jelas dia.

Terpisah, Staf Sungai Danau dan Penyeberangan Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Jawa Tengah dan DIJ Basuki Triyono menyampaikan soal standarisasi. ”Setelah saya lihat untuk perahu logung itu dibatasi lima sampai enam penumpang saja,” jelasnya.

Dia menyampaikan, ketersediaan pelampung yang ada belum standar. Menurut dia, pelampung yang standar memiliki beberapa kriteria. Diantaranya memiliki berat 2 Kilogram, dilengkapi dua strap webing warna hitam dan disertai peluit, dilengkapi dengan lampu, bahan pelapis luar Terylene Oxford Textile, pelapis bagian dalam EPE Foamed Polyetylene, bewarna oranye cerah, terdapat perangkat penyimpanan lampu, dan memiliki intensitas cahaya yang tidak kurang dari 0,75 candela.
Dia menambahkan, perahu harus memiliki alat-alat keselamatan. Salah satunya life jacket dan lampu penerangan. Kedepannya Basuki akan kembali ke Kudus sekitar Selasa (3/3) untuk melakukan pengukuran perahu. ”Kami akan terus bina agar wisata waduk Logung di Kudus lebih baik.

Di sisi lain, belum maksimalnya pengamanan membuat Samiono dan rekan-rekannya sesama operator perahu wisata Logung hanya membawa penumpang dengan batasan empat sampai lima orang. Sebab, belum ada ketentuan tonase secara resmi. Tak berhenti disitu, dia dan rekan-rekannya tak berani membawa penumpang sampai ke tengah waduk Logung.

”Kami nggak boleh membawa penumpang ke tengah. Hanya beroperasi di pinggir saja. Dengan jarak lima meter dari daratan. Kalau ada-apa setidaknya masih kelihatan dari daratan,” ujar dia. Sejauh ini menurut pengakuannya memang belum ada perahu macet di kawasan waduk Logung.

Bicara soal mesin, mesin yang dipasang di perahu wisata Logung ada dua jenis. Pertama mesin bertipe bekingking. Lalu ada mesin tempel. Menurut Samiono, mesin tempel lebih layak karena perahu yang dipasang mesin tempel dapat berjalan mundur. Sedangkan perahu yang menggunakan mesin bekingking hanya mampu berjalan ke depan, ke kanan, dan ke kiri.

Samiono membeberkan spesifikasi perahu miliknya kepada wartawan koran ini. Perahu viber miliknya itu memiliki panjang enam meter. Lebarnya 130 sentimeter. Total kursinya ada emapt deret. Berbicara soal jenis mesin, Samiono menggunakan mesin berjenis bekingking seharga Rp 3 juta dengan kecepatan maksimalnya 3,5 knot.

Jawa Pos Radar Kudus berkesempatan menjajal perahu wisata miliknya. Perahu seharga Rp 11 juta itu diberi nama Waring Artha. ”Waring itu njaring. Artha itu duit atau uang,” jelas Samiono. Untuk sekali naik, wisatawan dikenakan biaya Rp 15 ribu dengan durasi satu putaran selama 30 menit. Waktu operasional perahu wisata setiap hari dimulai pukul 07.00 sampai 17.00.

Selain Samiono dan wartawan Jawa Pos Radar Kudus, dua warga asal Desa Kandangmas ikut serta menjajal perahu wisata milik Samiono. Kami diharuskan menggunakan pelampung terlebih dahulu sebelum mulai berlayar.

Sepanjang mengitari waduk Logung, arus air tenang. Perahu pun tidak bergoyang. Cuaca saat itu juga cerah. Samiono yang duduk di belakang itu terus fokus mengoperasikan perahu. Sementara dua warga dan waratwan Jawa Pos Radar Kudus saling berbincang. ”Sebenarnya sudah layak beroperasi. Sudah aman. Tetapi kami memang belum punya izin yang resmi. Kami inginnya ya ada izin resmi supaya kerja itu aman,” celetuk Samiono.

Samiono menambahkan, perahu miliknya itu bisa membawa delapan penumpang. Tetapi untuk berjaga-jaga, dia hanya mengambil empat penumpang sekali narik. ”Tapi ini sebenarnya sudah aman kok mas,” sahut salah seorang penumpang perahu.

Usai mengitari waduk Logung selama kurang lebih 30 menit, Samiono dan waratwan koran ini kembali berbincang. Kali ini soal akses jalan.

Di sela-sela perbincangan antara Jawa Pos Radar Kudus dan Samiono, wartawan koran ini mencoba mendatangi wisatawan yang telah mencoba naik perahu wisata. ”Gelombangnya datar. Nggak medeni,” ujar Mujib Burohman warga Mayong, Jepara.

Lalu ada Muhammad Maimun, warga Gembong, Pati. ”Aman. Murah. Jokinya juga ramah. Perahunya juga nggak berguncang. Tetapi kalau bisa ini akses jalan menuju ke perahu wisata diperbaiki karena masih tanah dan kerikil jadinya licin,” ujar dia.

Senada, Samiono juga tidak memungkiri kalau akses jalan menuju perahu wisata memang sulit. ”Lebarnya empat meter. Dan masih berupa tanah berkerikil jadi ya licin juga. Menurut pengamatan Jawa Pos Radar Kudus, akses jalan menuju perahu wisata Logung masih sulit.

Penunjuk perahu wisata Logung hanya ada dua. Itupun ditulis pada sebidang kayu berukuran kecil. Di kanan kiri jalan juga masih berupa pepohonan. Batu-batu berukuran kecil hingga besar menjadi penghias jalan berukuran lebar empat meter itu. Tak jarang beberapa wisatawan harus mengurangi kecepatan kendaraannya. Belum lagi di 500 meter sebelum area perahu wisata, terdapat turunan jalan juga curam dan licin. Lalu, di dekat dermaga perahu kondisinya berlumpur dan tergenang air.

Jawa Pos Radar Kudus mencoba dua jalan untuk menuju perahu wisata Logung. Pertama, wisatawan dapat melewati Desa Kandangmas menuju ke arah utara. Disitu, wisatawan akan bertemu gapura Desa Kandangmas. Lalu belok ke kanan menuju ke timur. Disitu terdapat jalan yang sudah di cor. Dari situ wisatawan menuju ke utara dan mengambil belok kanan. Dari situ perahu wisata Logung sudah terlihat.

Wisatawan juga dapat memilih opsi kedua. Yakni melewati jalan dari SPBU Krawang, Jekulo, Kudus. Dari situ menuju ke arah Balai Desa Tanjung Rejo. Lalu belok kiri menuju ke barat. Disitu, wisatawan akan menemukan jalan letter ”S”. Tampak gapura Dukuh Masin. Lalu ambil ke kiri menuju ke timur. Setelah menemukan pertigaan ambil kanan menuju ke selatan. Dari situ tinggal mengikuti penunjuk bertuliskan perahu wisata Logung.

”Kalau saya inginnya akses jalan itu diperbaiki soalnya untuk menuju ke perahu masih sulit,” imbuh Samiono. (vga)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

Contact

Whats App
085640127128

Email
vegaensiklopedia10@gmail.com