Maarijil's Blog: Juni 2019

Persiku saat ini masih menjajaki stopper senior eks Timnas dan Liga 1

By vegaensiklopedia10@gmail.com - 03.35

VEGA MA’ARIJIL ULA/RADAR KUDUS

EKS TIMNAS: Pemain seleksi Persiku Kudus Seftia Hadi yang berposisi sebagai stopper terlihat serius saat menjalani latihan di Stadion Wergu Wetan Kudus kemarin.

Berburu Stopper Eks Timnas

Coba stopper senior eks Timnas dan Liga 1.

KUDUS – Persiku Kudus saat ini sedang menjajaki satu stopper eks Timnas Indonesia yang juga pernah bermain di Liga 1 bersama Sriwijaya FC dan Mitra Kukar. Itu dilakukan lantaran stopper senior sebelumnya, Aang batal bergabung dengan skuad macan muria karena memilih bermain di Liga 2.

Pemain berposisi stopper yang sedang menjalani seleksi di kubu Persiku Kudus itu bernama Seftia Hadi. Eks Timnas Indonesia itu mendapat seleksi panggilan dari Subangkit langsung. ”Kamis (20/6) di telefon coach Subangkit. Minggu (23/6) sudah di Kudus,” terangnya. Dia menambahkan, alasan ingin ikut seleksi karena di kubu Persiku ada target naik kasta ke Liga 2.

Kemarin (24/6) Seftia langsung bergabung bersama rekan-rekannya untuk melakukan latihan di Stadion Wergu Wetan Kudus. Pemain yang pernah bermain bagi klub-klub besar itu tampak serius melakukan pemanasan dan tak jarang sesekali bergurau dengan rekan-rekannya. Segi kepemimpinannya tampak di sela-sela latihan itu. Tak jarang dia membimbing pemain lainnya. ”Ayo passing lagi passing lagi, tenang saja,” ujarnya kepada beberapa satu tim.

Pelatih Persiku Kudus Subangkit tetap akan melakukan seleksi untuk pemain kelahiran 26 September 1991 itu. ”Dia punya pengalaman di Liga 1 dan Timnas. Tetapi kami akan tetap melakukan seleksi paling tidak 2-3 hari kedepan. Setelah itu baru melakukan negosiasi,” tandasnya.

Kepada Jawa Pos Radar Kudus pelatih berlisensi A AFC itu masih belum tahu apakah akan langsung masuk tim inti atau tidak jika jadi bergabung bersama dengan skuad macan muria. Pun soal tandem di lini belakang. ”Tentunya dia tetap harus bersaing dengan pemain lainnya. Bisa jadi inti bisa juga tidak inti kita lihat saja,” ujar Subangkit.

Pelatih asal pasuruan Jawa Timur itu berharap Seftia dapat menjadi pemimpin bagi pemain muda lainnya. Baik didalam maupun diluar lapangan. Sementara itu, satu kiper senior Ray Redondo (eks Persijap Jepara) telah bergabung bersama Persiku Kudus usai mencapai kesepakatan negosiasi.

Terpisah, Komisi Teknik Persiku Kudus Imran As’ad baru mengenal sekilas soal Seftia saat masih berseragam Mitra Kukar. ”Saya tahu dari layar kaca saat masih bermain di Mitra Kukar. Dari segi teknik sih bagus,” pungkasnya. Meski begitu performa Seftia masih dipantau. Sebab, Imran dan jajaran pelatih tidak ingin hanya melihat dari segi kemampuan individu saja. Imran berharap segera tercapai kesepakatan mengingat tenggat waktu yang mepet. (vga)

Profil Seftia Hadi

Nama : Seftia Hadi

TTL : 26 September 1991

Posisi : Stopper

Karir di klub:

· PSMS Medan (2009)

· PSPS (2009-2010)

· Sriwijaya FC (2011)

· Mitra Kukar (2013)

· Semen Padang (2014-2015)

· Persiba Balikpapan (2016)

· Mitra Kukar (2017)

· Barito Putra (2017)

· Aceh United (2018)

· Perserang (2018)

Karir Timnas Indonesia:

· Pra Olimpiade (2010)

· Sea Games (2011)

· Islamic Solidarity (2013)

0 Comments

Karyaku

Stadion Wergu Wetan Menatap Liga 3

By vegaensiklopedia10@gmail.com - 03.31

VEGA MA'ARIJIL ULA/RADAR KUDUS

SIAP PAKAI: Stadion Wergu Wetan Kudus diklaim siap digunakan mengarungi Liga 3 Jawa Tengah.

Stadion Wergu Wetan Menatap Liga 3

KUDUS - Stadion Wergu Wetan Kudus yang notabene adalah homebase Persiku Kudus diklaim telah siap untuk digunakan sebagai markas Macan Muria Kudus untuk mengarungi kompetisi Liga 3 Jawa Tengah.

Kesiapan itu dilihat dari ketersedian fasilitas yang ditentukan oleh Asosiasi Provinsi (ASPROV) PSSI Jawa Tengah. Meliputi ketersediaan lapangan, tribun, ruang ganti, ruang wasit, ruang kesehatan, ruang ganti pemain, ruang ganti tim tamu, dan kamar mandi.

Kondisi rumput di Stadion Wergu Wetan Kudus diklaim sudah layak untuk digunakan mengarungi kompetisi Liga 3 Jawa Tengah. Itu juga sudah diberi pasir halus di lapangan untuk beberapa titik yang dirasa tergenang air. Sehingga tidak tergenang saat turun hujan.

Menurut manajer Persiku M Bismark kondisi rumput sudah ditanyakan dengan pakar rumput yang juga membuat Stadion Joyo Kusumo, Pati, Mansyur. ”Kata pak mansyur kondisi rumput sudah bagus dan tidak masalah diberi pasir. Sebab, sudah tersedia bio pori,” terangnya.

Kondisi lapangan menjadi tanggung jawab Persiku Kudus. Sementara kondisi pagar dan kondisi di luar Stadion Wergu Wetan Kudus menjadi tanggung jawab Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Kudus.

Kasi peningkatan Prestasi Sarana dan Prasarana Olahraga (PPSP-Or) Subarkah mengatakan perbaikan pagar tribun belum dapat dianggarkan untuk tahun ini. ”Perbaikan pagar tribun belum ada anggaran untuk tahun ini,” terangnya.

Nantinya Asprov PSSI Jawa Tengah akan melakukan verifikasi stadion untuk peserta Liga 3 Jawa Tengah pada 10 Mei 2019 sampai 18 Juni 2019 mendatang. Komite Liga 3 Jawa Tengah Fani Adi Nugroho mengutarakan hal yang sama. Menurutnya yang terpenting ada ruang ganti pemain, ruang ganti wasit, tribun penonton, pagar pembatas, dan permukaan lapangan yang merata.

Saat ini Stadion Wergu Wetan Kudus memiliki beberapa fasilitas seperti lapangan, bench pemain, kursi panpel, lampu stadion, ruang ganti tim, ruang ganti wasit, ruang ganti pemain, ruang media, dan toilet. Terdapat empat pintu, yakni VIP dan pintu utama, pintu sisi barat bagian selatan, pintu sisi barat bagian utara, dan pintu bagian utara. Sedangkan untuk tribun beratap berada ada di tribun utara, selatan, dan VIP. Sementara tribun timur merupakan tribun terbuka.

Soal spesifikasi, panjang lapangan yakni 170 meter, lebar 130 meter, luas 22.100 meter persegi. Dengan kapasitas awal 8.000 penonton. Kapasitas saat ini 12.000 penonton. Nantinya kapasitas dalam rencana perluasan menjadi 20.000 penonton. (vga)

GRAFIS TENTANG STADION WERGU WETAN KUDUS

Stadion Wergu Wetan diklaim sudah layak untuk kompetisi Liga 3

Luas Stadion = 170 meter x 130 meter = 22.100 meter²

Panjang Stadion = 170 meter

Lebar Stadion = 130 meter

Kapasitas Awal = 8.000 penonton

Kapasitas Saat ini (usai renovasi) = 12.000 penonton

Kapasitas yang akan datang setelah dibuat tribun memutar = 20.000 (menunggu anggaran tahun depan. Belum bisa dibangun tahun ini)

Jumlah Pintu = 4 pintu

(pintu di sebelah barat paling selatan, pintu VIP, pintu sebelah barat bagian utara, dan pintu bagian utara)

Tribun beratap = Tribun Utara, tribun selatan, dan tribun VIP

Jenis rumput = Rumput alami

Fasilitas Stadion

1. Lapangan

2. Bench Pemain

3. Kursi Panpel

4. Bench Pemain

5. Lampu stadion

6. Ruang ganti tim

7. Ruang ganti wasit

8. Ruang media

9. Toilet

0 Comments

Karyaku

Jadi Milik Pribadi, Omah Kembar dijual

By vegaensiklopedia10@gmail.com - 03.27

VEGA MA’ARIJIL ULA/RADAR KUDUS

DIJUAL: Omah Kembar Nitisemito bagian barat yang notabene adalah cagar budaya milik pribadi bakal dijual.

Jadi Milik Pribadi, Omah Kembar dijual

KUDUS – Omah Kembar Nitisemito yang terletak di sebelah utara Sungai Gelis yang saat ini telah menjadi cagar budaya milik pribadi bakal dijual. Bangunan ynag didirikan pada 1908 Itu memang diberikan oleh Nitisemito kepada dua putrinya.

Rumah pertama yang disebelah timur. Sedangkan rumah kedua di sebelah barat. Bangunan yang dijual adalah rumah sebelah barat yang saat ini menjadi milik pribadi dari Nafiah. Sementara yang disebelah timur sudah dimiliki orang Tionghoa dan sempat berganti tiga kali kepemilikan.

Menurut pengakuan makelar, Puput yang menjual Omah Kembar Nitisemito bagian barat, Rumah itu baru ditawarkan bulan ini dengan harga Rp 33 miliar. ”Menurut pemiliknya kami diminta menjual dengan harga Rp 33 miliar nego,” terangnya. Meski begitu, Puput tidak mengetahui alasan pemilik rumah menjual bangunan cagar budaya itu.

Sementara itu, Kasi Sejarah Permuseuman dan Kepurbakalaan Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus Lilik Ngesti mengaku pernah mendengar kabar Omah Kembar sebelah barat ditawarkan dengan harga Rp 20 miliar. ”Sempat dengar juga dulu akan dijual dengan harga Rp 20 miliar,” pungkasnya.

Salah seorang penjaga Rumah Kembar sebelah barat Dwi membenarkan bangunan cagar budaya itu dijual. ”Benar akan dijual pemiliknya. Tetapi soal harga saya tidak tahu. Saya sebatas diminta menjaga saja,” terangnya.

Hal yang sama juga diutarakan oleh keluarga Nitisemito yang lainnya. Suwarti yang merupakan cucu dari Nitisemito yang tinggal di sebelah utara Omah Kembar membenarkan bangunan itu akan dijual. ”Iya denger-denger akan dijual tetapi saya tidak tahu alasan dijual dan harganya berapa kurang tahu,” ujarnya.

Cagar Budaya Pribadi Boleh Dijual

Rumah Kembar yang notabene adalah cagar budaya dan sudah menjadi milik pribadi itu diperbolehkan untuk diperjual belikan. Itu diutarakan oleh Kasi Sejarah Permuseuman dan Kepurbakalaan Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus Lilik Ngesti. ”Boleh ganti kepemilikan asalkan sudah izin ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus.

Prosedurnya pada saat bangunan cagar budaya itu berpindah kepemilikan, harus dilaporkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus. Itu untuk menghindari sanksi. Sebab, mengacu pada Undang-Undang nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya bab 11, setiap orang yang tanpa izin mengalih tangankan cagar budaya sebagaimana pasal 17 ayat 1 akan dipidana paling sedikit tiga bulan dan paling lama lima tahun atau dengan denda minimal Rp 400 juta dan paling banyak Rp 1,5 miliar.

Senada, Ketua Lembaga Pelestari dan Penjaga Karya Bu daya Bangsa (LPPKBB) Sancaka Dwi Supani sepakat dengan Lilik. ”Jual boleh asal izin ke Dinas Peninggalan sejarah,” terangnya. Supani menambahkan, mengapa dirinya mengatakan Dinas Peninggalan Sejarah mengingat penyebutannya di beberapa daerah berbeda-beda.

Misalnya di Kudus harus izin ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus. Sedangkan daerah Pati harus izin ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Sementara di tingkat Provinsi harus izin ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (dahulu Parbud – Red).

Supani menambahkan, selain harus konfirmasi dengan Dinas terkait, alasan bangunan cagar budaya itu dijual harus jelas. ”Misalnya bangunan itu dijual karena ingin bagi hasil dengan sesama keluarga pewaris,” tandasnya.

Berbicara soal bangunan cagar budaya, saat ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus juga telah memiliki tiga tim pengelola cagar budaya meliputi Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), Tim Pendaftaran Cagar Budaya (TPCB) dan Tim Penyelamatan dan Pelestarian Cagar Budaya (TPPCB). TACB nantinya akan mengkaji soal bangunan Rumah Kembar yang masuk kedalam cagar budaya milik pribadi. Terkait bagaiamana kebijaknanya Lilik Ngesti belum tahu dan menyerahkan sepenuhnya kepada TACB yang terdiri dari lima orang. (vga)

0 Comments

Karyaku

Kretek Cup Lebih Prestis

By vegaensiklopedia10@gmail.com - 03.24

VEGA MA’ARIJIL ULA/RADAR KUDUS

BERJIBAKU: Salah seorang atlet bulu tangkis berusaha mengembalikan kok saat berlaga di Kejurkab Muria Cup beberapa waktu lalu.

Kretek Cup Lebih Prestis

KUDUS – Pertandingan bulutangkis bertajuk Kretek Cup bakal digealr usai lebaran tahun ini. Tepatnya kisaran 30 Juli sampai 3 Agustus 2019 mendatang. Even ini terbilang prestis karena meniadakan kelompok dasar. Sehingga tersisa kelompok madya dan kelompok utama.

Kretek Cup merupakan even rutin yang digelar oleh Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Kudus. PBSI Kudus sejatinya juga memiliki beberapa rangkaian even bulutangkis lain. Seperti Simpang Tujuh Master untuk tingkatan Sekolah Dasar perorangan se-karesidenan Pati.

Kemudian ada Kejurkab Muria Cup yang diperuntukkan bagi klub-klub badminton di Kudus dan luar Kudus. Lalu ada Kretek Cup yang lebih prestisius dengan kemampuan kelompoknya yang hanya terdiri dari kelompok umur utama dan madya. Selanjutnya ada Bitingan Master antar Sekolah Dasar beregu se-Kabupaten Kudus. Terakhir ada Bupati Cup yang digelar kisaran November atau Desember tahun ini.

Even bulutangkis Kretek Cup tahun ini rencananya diikuti sekitar 700 sampai 800 peserta. Jumlah ini hampir sama dengan jumlah peserta Kejurkab Muria Cup yang baru selesai beberapa waktu lalu. Untuk even Kretek Cup ini masih melihat kalender kegiatan sekolah. Sebab, terkadang jumlah peserta menurun akibat berbenturan dengan jadwal sekolah.

Peserta dari Kudus nantinya akan diprioritaskan terlebih dahulu untuk mengikuti gelaran Kretek Cup ini. Ketua PBSI Kudus Eddy Prayitno mengemukakan hal ini. ”Kalau berbenturan dengan jadwal sekolah itu peserta bisa menurun. Kadang sekolah negeri sudah selesai, sekolah swasta belum. Dan sebaliknya,” pungkasnya.

Di even Kretek Cup ini nantinya menggelar dua kelompok umur. Yakni kelompok umur madya dan kelompok umur utama. Kelompok umur madya diperuntukkan bagi peserta dari karesidenan Pati. Sementara kelompok umur utama digelar dengan sistem open.

Regulasi tahun ini diklaim tidak ada yang berubah dari tahun lalu. Ajang ini diprediksi lebih prestis karena tidak ada kelompok umur dasar. Sehingga peserta yang hadir diprediksi bakal lebih potensial. Untuk kelompok usia di Kretek Cup terdiri dari pra usia dini, usia dini, remaja, dan seterusnya.

Hadiah yang diberikan meliputi uang pembinaan, piagam dan piala. Tidak ada kuota khusus antara peserta dari Kudus maupun dari luar Kudus. Hanya saja Eddy berharap peserta dari Kudus jumlahnya lebih banyak. Eddy berharap klub-klub di Kudus selain Djarum dapat berbicara banyak di ajang ini. (vga)

0 Comments

Karyaku

Belajar Sepak Bola ke Negeri Samurai

By vegaensiklopedia10@gmail.com - 03.19

ESTI PUJI LESTARI FOR RADAR KUDUS

JALIN KERJASAMA: Manajer Persijap Jepara Esti Puji Lestari bertemu Presiden J-League Mitsuru Murai beberapa waktu lalu.

Belajar Sepak Bola ke Negeri Samurai

JEPARA – Presiden Persijap Jepara Esti Puji Lestari belajar sepak bola dari negeri Samurai. Aspek yang dibicarakannya itu terkait perkembangan sepakbola di negeri matahari terbit. Meliputi akademi, regulasi kompetisi, dan sarana tempat latihan.

Esti berada di Jepang selama dua minggu. Di Jepang, orang nomor satu di kubu Persijap Jepara itu bertemu dengan Presiden J-League Mitsuru Murai, Presiden Tokyo Verdy Hideyuki Hanyu, Competition Departement Akane Suzuki, dan bertemu pemain Timnas Putri Jepang.

Menurut Esti, kompetisi di Jepang begitu tertata. ”Kompetisi di Jepang itu bagus sekali dan tertata dengan rapi. Jadwal kompetisi dan regulasi juga tertata,” tandasnya. Dia menambahkan, aspek penunjang seperti kedisiplinan pemain, infrastruktur dan langkah menuju ke arah Timnas begitu diperhatikan.

Di Jepang, Esti juga berkesempatan mengunjungi klub sepak bola putra dan putri dari Tokyo Verdy. Menariknya, klub putri Tokyo Verdy menjadi klub dengan penyumbang pemain terbanyak bagi Timnas Putri Jepang. Yakni sebanyak sepuluh pemain.

Salah satu fokus pertemuan Esti dengan pihak J-League adalah pembinaan akademi. ”Prestasi bakal datang kalau akademi berjalan. Saya juga lihat tempat latihannya Tokyo Verdy benar-benar bagus,” sambungnya.

Kepada Jawa Pos Radar Kudus, Esti mengungkapkan klub-klub di Jepang tertarik dengan bakat-bakat muda pemain Indonesia. Namun, menurut Esti pemain Indonesia justru berorientasi ke Eropa.

Sepulang dari Jepang, Presiden Persijap itu ingin menerapkan beberapa hal seperti segi kepelatihan yang lebih terstruktur, kurikulum berjenjang yang lebih bagus lewat Soeratin, membeli alat-alat analisa pertandingan bagi Persijap Jepara, membangun akademi yang bekerjasama dengan klub Jepang dan mengirim pelatih dan pemain ke Jepang pada Agustus mendatang.

”Harapannya dengan adanya kerja sama ini dapat melahirkan talenta sepak bola yang bagus bagi pemain putra dan putri. Dan semoga kerja sama yang sudah dibicarakan ini dapat segera ditindaklanjuti,” imbuhnya. (vga)

0 Comments

Karyaku

Adopsi Gaya Bermain Amerika Latin dan Eropa di Persiku Kudus

By vegaensiklopedia10@gmail.com - 03.15

VEGA MA'ARIJI ULA/RADAR KUDUS

BERI INSTRUKSI: Subangkit memberikan instruksi saat sesi latihan yang di gelar di Stadion Wergu Wetan Kudus beberapa waktu lalu.

Subangkit, Balik ke Kudus karena Ikatan Emosional dengan Masyarakat, Manajemen, dan Persiku

Adopsi Gaya Bermain Amerika Latin dan Eropa di Persiku Kudus

Kembalinya Subangkit ke kota kretek lantaran ikatan emosional dengan Persiku Kudus dan jajaran manajemen. Pun dengan bupati Kudus M Tamzil yang pada 2007 lalu juga pernah bersama-sama membawa Persiku Kudus naik kasta Divisi Utama. Metode gaya melatih adopsi Amerika Latin dan Eropa di terapkan di Kubu Persiku.

Vega Ma'arijil Ula, Kudus

HANGAT adalah kata yang tepat saat Jawa Pos Radar Kudus mendatangi mes Persiku Kudus untuk mewawancarai pelatih Persiku Kudus, Subangkit. ”piye wes mangan durung? Mangan sik lagi wawancara,” ujar Subangkit kepada wartawan Jawa Pos Radar Kudus. Saat itu Subangkit tengah bersantai di ruang tamu sambil melihat foto-foto sepak bola melalui layar ponselnya.

Seperti saat berjumpa di lapangan, pada pertemuan itu Subangkit menyambut baik kedatangan wartawan Jawa Pos Radar Kudus. Pelatih berlisensi A AFC itu membeberkan alasannya kembali ke Kudus. Banyak publik yang bertanya. Pun dengan saya sendiri – wartawan Jawa Pos Radar Kudus. Itu karena lisensi Subangkit yang sudah mencapai A AFC yang notabene dapat melatih tim Liga 1, tetapi justru memilih melatih Persiku yang pada bulan depan akan berkompetisi di Liga 3 Jawa Tengah. Kasta terendah di kancah persepakbolaan dalam negeri.

”Karena disini ada target. Nek ora ono target ngopo aku ning kene,” ujarnya sambil tertawa. Dia menambahkan, adanya jajaran manajer yang sama kala melatih Persiku Kudus tahun 2007 lalu membuatnya semakin ingin kembali ke Kudus. ”Kan ada pak Mamak – manajer Persiku saat ini dan pak Bupati M Tamzil juga. Mereka yang meminta saya untuk melatih dan saya langsung mau,” sambungnya. Reuni dengan rekan bermain bulu tangkis menjadi alasan lainnya bagi Subangkit untuk kembali ke kota Kretek.

Saat ditanya soal perubahan kota Kudus Subangkit hanya tertawa. ”Opo yo, nek biyen 2007 Persiku main di kasta yang lebih tinggi. Kalau sekarang turun di Liga 3 Jawa Tengah,” pungkasnya. Subangkit yang sejak Januari lalu sudah mulai melakukan seleksi pemain mengaku pemain Kudus amatlah potensial.

Itu dilihat dari segi skill yang bagus. Hanya saja, soal pengalaman bertanding di level yang lebih tinggi masih dirasa kurang. Selain itu, problema yang menurutnya ada pada pemain lokal Kudus karena saat latihan mampu menampilkan performa terbaik. Sementara saat bertanding tidak begitu bagus.

Di kubu Persiku Kudus, pelatih yang doyan makan Tahu Gimbal itu menerapkan metode permainan ala Amerika Latin yang identik dengan skill bagus ditambah dengan metode gaya permainan Eropa dengan bola-bola pendek cepat. Menurutnya, anak asuhnya sudah dapat menerapkan metode kepelatihannya itu. Faktanya, dari sepuluh laga uji coba yang sudah dijalani oleh skuadnya, Tujuh laga berakhir dengan raihan kemenangan. Sementara tiga sisanya berakhir imbang.

Kepada Jawa Pos Radar Kudus, Subangkit menceritakan sedikit perjalanannya selama berkiprah menjadi pemain dan pelatih. Mulai saat menjadi pemain dan meraih juara I Pekan Olahraga Nasional (PON) 1979, membela panji merah putih Timnas Indonesia U-20 di 1979 sampai meraih juara I Perserikatan saat berkostum Persebaya Surabaya di 1986. Kemudian di 1993 dia memulai karir sebagai juru taktik dengan melatih klub-klub U-16 di Jawa Timur.

Beranjak di 2003, Subangkit memulai memoles klub senior. Itu diawalinya saat menukangi klub kota kelahirannya Persekabpas Pasuruan selama empat musim dari 2003 sampai 2006 dan membawa Persekabpas masuk babak semifinal Divisi Utama 2006.

Tak ketinggalan, klub dengan nama besar pernah ditanganinya seperti Persebaya, Sriwijaya FC, Mitra Kukar, Persela Lamongan, Persema Malang, dan Persiku Kudus. Pelatih yang dulunya beroposisi sebagai gelandang dan stopper ini berharap dapat membantu Persiku Kudus naik kasta ke Liga.

Menariknya, beberapa tim yang memiliki target naik kasta selalu berhasil dinaikkan olehnya. Sebut saja Persema Malang, Persekabpas Pasuruan, PSIS Semarang, dan Persiku Kudus di 2007 lalu. ”Saya disini karena ada target dan saya akan berusaha secara maksimal,” imbuhnya. (vga)

0 Comments

Persiku saat ini masih menjajaki stopper senior eks Timnas dan Liga 1

Stadion Wergu Wetan Menatap Liga 3

Jadi Milik Pribadi, Omah Kembar dijual

Kretek Cup Lebih Prestis

Belajar Sepak Bola ke Negeri Samurai

Adopsi Gaya Bermain Amerika Latin dan Eropa di Persiku Kudus

Contact

About Me

Follow Us

Sponsor

Labels

recent posts

Blog Archive