Adopsi Gaya Bermain Amerika Latin dan Eropa di Persiku Kudus
By vegaensiklopedia10@gmail.com - 03.15
VEGA MA'ARIJI ULA/RADAR KUDUS
BERI INSTRUKSI: Subangkit memberikan instruksi saat
sesi latihan yang di gelar di Stadion Wergu Wetan Kudus beberapa waktu lalu.
Subangkit, Balik ke Kudus karena Ikatan Emosional
dengan Masyarakat, Manajemen, dan Persiku
Adopsi Gaya Bermain Amerika Latin dan Eropa di
Persiku Kudus
Kembalinya
Subangkit ke kota kretek lantaran ikatan emosional dengan Persiku Kudus dan
jajaran manajemen. Pun dengan bupati Kudus M Tamzil yang pada 2007 lalu juga
pernah bersama-sama membawa Persiku Kudus naik kasta Divisi Utama. Metode gaya
melatih adopsi Amerika Latin dan Eropa di terapkan di Kubu Persiku.
Vega Ma'arijil Ula, Kudus
HANGAT adalah kata yang
tepat saat Jawa Pos Radar Kudus
mendatangi mes Persiku Kudus untuk mewawancarai pelatih Persiku Kudus,
Subangkit. ”piye wes mangan durung?
Mangan sik lagi wawancara,” ujar Subangkit kepada wartawan Jawa Pos Radar Kudus. Saat itu Subangkit
tengah bersantai di ruang tamu sambil melihat foto-foto sepak bola melalui
layar ponselnya.
Seperti
saat berjumpa di lapangan, pada pertemuan itu Subangkit menyambut baik
kedatangan wartawan Jawa Pos Radar Kudus.
Pelatih berlisensi A AFC itu membeberkan alasannya kembali ke Kudus. Banyak
publik yang bertanya. Pun dengan saya sendiri – wartawan Jawa Pos Radar Kudus. Itu karena lisensi Subangkit yang sudah
mencapai A AFC yang notabene dapat melatih tim Liga 1, tetapi justru memilih
melatih Persiku yang pada bulan depan akan berkompetisi di Liga 3 Jawa Tengah.
Kasta terendah di kancah persepakbolaan dalam negeri.
”Karena
disini ada target. Nek ora ono target
ngopo aku ning kene,” ujarnya sambil tertawa. Dia menambahkan, adanya
jajaran manajer yang sama kala melatih Persiku Kudus tahun 2007 lalu membuatnya
semakin ingin kembali ke Kudus. ”Kan ada
pak Mamak – manajer Persiku saat ini dan pak Bupati M Tamzil juga. Mereka yang
meminta saya untuk melatih dan saya langsung mau,” sambungnya. Reuni dengan
rekan bermain bulu tangkis menjadi alasan lainnya bagi Subangkit untuk kembali
ke kota Kretek.
Saat
ditanya soal perubahan kota Kudus Subangkit hanya tertawa. ”Opo yo, nek biyen 2007 Persiku main di kasta yang lebih
tinggi. Kalau sekarang turun di Liga 3 Jawa Tengah,” pungkasnya. Subangkit yang
sejak Januari lalu sudah mulai melakukan seleksi pemain mengaku pemain Kudus
amatlah potensial.
Itu
dilihat dari segi skill yang bagus.
Hanya saja, soal pengalaman bertanding di level yang lebih tinggi masih dirasa
kurang. Selain itu, problema yang menurutnya ada pada pemain lokal Kudus karena
saat latihan mampu menampilkan performa terbaik. Sementara saat bertanding
tidak begitu bagus.
Di
kubu Persiku Kudus, pelatih yang doyan
makan Tahu Gimbal itu menerapkan metode permainan ala Amerika Latin yang
identik dengan skill bagus ditambah
dengan metode gaya permainan Eropa dengan bola-bola pendek cepat. Menurutnya,
anak asuhnya sudah dapat menerapkan metode kepelatihannya itu. Faktanya, dari
sepuluh laga uji coba yang sudah dijalani oleh skuadnya, Tujuh laga berakhir
dengan raihan kemenangan. Sementara tiga sisanya berakhir imbang.
Kepada
Jawa Pos Radar Kudus, Subangkit
menceritakan sedikit perjalanannya selama berkiprah menjadi pemain dan pelatih.
Mulai saat menjadi pemain dan meraih juara I Pekan Olahraga Nasional (PON)
1979, membela panji merah putih Timnas Indonesia U-20 di 1979 sampai meraih
juara I Perserikatan saat berkostum Persebaya Surabaya di 1986. Kemudian di
1993 dia memulai karir sebagai juru taktik dengan melatih klub-klub U-16 di
Jawa Timur.
Beranjak
di 2003, Subangkit memulai memoles klub senior. Itu diawalinya saat menukangi klub
kota kelahirannya Persekabpas Pasuruan selama empat musim dari 2003 sampai 2006
dan membawa Persekabpas masuk babak semifinal Divisi Utama 2006.
Tak
ketinggalan, klub dengan nama besar pernah ditanganinya seperti Persebaya,
Sriwijaya FC, Mitra Kukar, Persela Lamongan, Persema Malang, dan Persiku Kudus.
Pelatih yang dulunya beroposisi sebagai gelandang dan stopper ini berharap dapat membantu Persiku Kudus naik kasta ke
Liga.
Menariknya,
beberapa tim yang memiliki target naik kasta selalu berhasil dinaikkan olehnya.
Sebut saja Persema Malang, Persekabpas Pasuruan, PSIS Semarang, dan Persiku
Kudus di 2007 lalu. ”Saya disini karena ada target dan saya akan berusaha
secara maksimal,” imbuhnya. (vga)
0 komentar