Meninggalkan Zona Nyaman

By vegaensiklopedia10@gmail.com - 04.22




Foto: Thepicta.com



Oleh: Vega Ma'arijil Ula


Halo, Apakabar?  Terimakasih sudah berkunjung 


Banyak yang bertanya kepada saya kenapa resign dari pekerjaan sebelumnya. Padahal menurut mereka sudah "enak-enak disini kok keluar". "Kerja tinggal duduk didepan komputer ngitung untung rugi dan buat laporan doang". Masih banyak anggapan-anggapan yang lain. Tetapi secara pribadi bagi saya tidak demikian. 


Saya meninggalkan pekerjaan saya di perhotelan saat itu karena memang ingin keluar dari zona nyaman, terlebih lagi ingin mencoba tantangan yang baru apalagi saat itu saya mendapat kesempatan untuk tes tahap akhir CPNS Badan Intelijen Negara (BIN). Bagi saya, mencoba pengalaman yang baru adalah hal yang menyenangkan dan patut saya coba, terlebih usia saya saat ini terbilang masih muda. Bukankah masa muda adalah masanya untuk mencoba hal-hal yang baru yang belum diketahui. 


Saat itu saya memutuskan untuk resign dan mencoba mengambil peruntungan yang notabene terbilang berani. Bagaimana tidak, di satu sisi saya sudah bekerja di perhotelan, gaji cukup, dekat dengan rumah dan nggak perlu nge-kos juga. Tentu uang gajian dapat ditabung dengan nominal yang lumayan. Di sisi satunya mencoba peruntungan tes tahap akhir
CPNS Badan Intelijen Negara (BIN) adalah keputusan yang hasilnya belum tentu lolos atau masih tanda tanya. Pada akhirnya saya coba, saya berangkat ke Jakarta sehari setelah resign. 


Di Jakarta pun saat itu saya belum tahu mau nge-kos dimana, tempat tes nya dimana juga belum tahu. Tapi kembali lagi dengan mencoba itu kita bisa tahu bagaimana kita berimprovisasi dengan pengalaman yang baru. Nggak lama, pada akhirnya saya dapat mengikuti seluruh kegiatan tes selama 11 hari di ibukota. Dengan mencoba hal baru melalui tes CPNS Badan Intelijen Negara (BIN) ini, saya jadi lebih tahu bagaimana sistem perekrutan BIN, saya jadi tahu dimana markas BIN, saya jadi tahu kemampuan tes fisik saya, saya jadi tahu tempat-tempat baru seperti Markas Besar TNI AU dan juga Rindam Jaya TNI AD, saya jadi punya pengalaman ke toilet dikawal Kopassus, saya jadi punya teman baru yang sampai saat ini masih saling komunikasi, dan saya juga tahu bagaimana beratnya sistem perekrutan tes yang semua tahapannya ala militer. 


Bertanya bagaimana hasilnya? Saya gagal. Ya, saya gagal ditahap akhir dimana nilai postur tubuh saya hanya diberi skor 1,0 dari skala 1,0 - 9,0. Menyesal? Gelo? Eman-eman?  Maka saya jawab "YA". Ibarat pertandingan sepakbola, bola-nya itu sudah didepan gawang dan saya tinggal tendang sedikit saja tapi justru nggak masuk ke gawang. Saya juga nggak tahu kenapa hasilnya demikian padahal semua sub tes yang lain lolos. Cuma skor postur tubuh saja dan yang perlu digaris bawahi juga adalah yang tidak lolos mendapat skor nya selalu 1,0 sedangkan yang lolos mendapat skornya selalu 9,0. Jadi mulai skala 1,0 hingga 9,0 dari ratusan peserta tidak ada peserta dengan skala 2,3,4,5,6,7,8. Sempat bertanya-tanya sendiri tapi itulah hasil yang harus saya terima. 


Tetapi saya puas karena saya mendapat kesempatan dan pengalaman baru yang orang lain belum tentu dapatkan. Kembali lagi itulah kenapa kita harus berani meninggalkan zona nyaman, karena menurut saya zona nyaman itu menghambat pertumbuhan dan proses kita kedepannya. Kalau kita hanya terpaku disatu tempat yang itu-itu saja, maka pengalaman yang kita dapatkan juga itu-itu saja. Memang banyak yang bilang "Emang Zona nyaman salah?,  Nggak usah gaya deh mending disini aja sudah enak tinggal dijalani". Tetapi menurut saya, itulah problematika yang bakal kita dapat kalau hanya ditempat yang ini-ini saja atau itu-itu saja. Justru kita akan tertinggal jauh dengan orang lain yang berani keluar dari zona nyaman dan mencoba pengalaman baru. 


Nah seperti saya yang gagal lolos saat tes CPNS Badan Intelijen Negara (BIN) tadi, menurut saya nggak masalah karena saya telah berani mencoba dan terlebih juga telah berani mengambil resiko dengan meningalkan pekerjaan tetap saya di perhotelan, meski tidak bisa dipungkiri saya juga bingung pasca gagal tes CPNS Badan Intelijen Negara (BIN). Tetapi bukankah kita harus berani mencoba mengingat usia yang masih muda seperti saya ini, kan usia muda adalah usia yang masih boleh gagal, masih boleh mencoba dan masih boleh bereksperimen. Mengutip dari pak Dahlan Iskan, bahwa setiap orang punya jatah gagal, maka habiskan masa gagal itu selagi masih muda. 


Terkadang kondisinya juga lucu, banyak dari mereka diluar sana yang mengeluh perihal tempat kerjanya yang kurang nyaman, gaji yang kurang layak, situasi kerja yang tidak mendukung, bos yang galak dan masih banyak keluhan-keluhan lain. Tetapi apa yang mereka lakukan? Mereka tetap bertahan di tempat kerja tersebut. Alasannya beragam, mereka takut tidak dapat kerjaan lagi, mereka takut situasi kerja yang baru akan membuat mereka kurang nyaman, mereka berdalih harus beradaptasi lagi, mereka takut mendapat gaji yang jauh lebih rendah dari yang sebelumnya dan masih banyak lagi. 


Tidak ada niatan dari saya pribadi untuk mengajak teman-teman semua agar resign. Tidak sama sekali. Artikel yang saya tulis ini lebih kearah berbagi bahwa menurut saya zona nyaman bukanlah tempat yang cocok bagi kita yang ingin berkembang. Mengapa? Karena zona nyaman mutlak menghambat diri kita yang ingin tumbuh dan berkembang guna bersaing secara global. Apabila kita hanya ditempat itu-itu saja, maka timbal balik yang kita dapat juga hanya itu-itu saja. 


Memang tidak ada yang mudah dalam hidup. Memulai sesuatu dari awal tentu sangatlah sulit dan menguras tenaga. Mulai dari rasa bingung, stress,  hingga depresi. Tapi percayalah tidak ada yang tidak mungkin didalam hidup. Kerja keras dan do'a sudah lebih dari cukup didalam menjawab segala tantangan dan keraguan. Kita ambil contoh sewaktu kita mengikuti tes TOEFL/IELTS apakah sebelumnya kita tahu bagaimanakah gambaran tes tersebut? Tentu belum. Namun, faktanya kita mampu melampaui tes TOEFL/IELTS tersebut. Kemudian contoh lainnya perihal skripsi misalnya, diawal tentu kita bingung topik apa yang akan kita ajukan, bagaimana rumusan permasalahannya nanti, bagaimana pembahasan dibuat, hingga bagaimana kita menyimpulkan hasil skripsi ini nantinya. Namun fakta dilapangan menjawab bahwa kita mampu malampaui skripsi hingga lulus sarjana, bukan? 


Seperti itulah hidup. Ditengah ketidaknyamanan itulah kita bisa tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih kuat. Karena dengan menghadapi ketidaknyamanan itulah yang membuat kita menjadi lebih besar. Terlebih karena kita masih muda. Bukankah orang-orang yang sukses berawal dari melawan ketakutan dan tantangan yang ada dalam pribadi mereka masing-masing.


Selamat mencoba. Terimakasih telah berkunjung dan membaca artikel saya. 

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

Contact

Whats App
085640127128

Email
vegaensiklopedia10@gmail.com