Jelang Imlek, Bersihkan Lima Patung Agung

By vegaensiklopedia10@gmail.com - 04.06


VEGA MA’ARIJIL ULA/RADAR KUDUS

BERSIH-BERSIH:Aktivis kelenteng Hok Hien Bio, Tjia Eng Bie dan salah satu umat, Koh Huk Kyanto membersihkan patung Tri Dharma di halaman kelenteng kemarin.

SAMBUT IMLEK: Aktivis kelenteng Hok Hien Bio, Tjia Eng Bie membersihkan patung Dewa Bumi (Hok Tek Tjing Sin) di depan kelenteng kemarin.

KERJA KERAS: Salah satu umat Tionghoa, Koh Huk Kyanto mengangkat baner bertuliskan nama-nama dewa di halaman kelenteng Hok Hien Bio kemarin.


JATI, Radar Kudus – Jelang pelaksanaan Imlek, umat Tionghoa membersihkan kelenteng Hok Hien Bio, Getas Pejaten, Jati, Kudus. Ada puluhan patung yang dibersihkan. Lima diantaranya merupakan patung agung. Selain membersihkan patung, warga menyiapkan abu untuk beribadah.

Lima patung itu terdiri dari Patung Dewa Bumi (Hok Tek Tjing Sin), patung Dewa Obat (Hian Thian Siang Tee), patung Dewi Welas Asih (Kwan Im Poo Sat), patung Dewa Kesetiaan dan Kejujuran (Kwan Sing Tee Kun), patung Tri Dharma (terdiri dari Nabi Kong Hoe Tjoe, Sang Budha Gautama, dan Thay Sang Law Tjin).

Patung-patung itu ditata diatas meja disebelah utara kelenteng. Jumlahnya ada 22 meja. Masing-masing umat membersihkan patung menggunakan kuas dan kain bewarna putih. Satu patung yang paling dimuliakan yakni patung Dewa Bumi. Patung itu diistimewakan lantaran merupakan patung tuan rumah kelenteng Hok Hien Bio.

Patung Dewa Bumi (Hok Tek Tjing Sin) tingginya 40 sentimeter dengan lebar 25 sentimeter. Ada dua patung Dewa Bumi. Satu merupakan patung lama. Warnanya kuning. Sedangkan satunya bewarna biru yang merupkan duplikat. Patung Dewa Bumi bewarna biru itu lebih baru dan merupakan pemberian jamaah.

Tan Kiem Hwa, salah satu pembina yayasan Kelenteng Hok Hien Bio mengatakan, patung Dewa Bumi itu diletakkan di pintu utama kelenteng. Pintu itu di sebelah barat. ”Letaknya di pintu utama karena sembahyang kepada Tuhan itu dari luar, terus ke patung Dewa Bumi itu, baru ke patung-patung lainnya,” terangnya.

Menurutnya, selain lima patung agung itu, di kelenteng Hok Hien Bio juga memiliki patung-patung kecil lainnya. Kegiatan bersih-bersih itu juga dilakukan dengan cara menyiapkan abu sebagai sembahyang. Abu tersebut merupakan abu dari kelenteng Hok Hien Bio yang awalnya bekas dari abu sembahyang jamaah yang digunakan kembali untuk satu tahun kedepan.

Sebanyak 22 tempat abu (hioloo) disiapkan bagi para jamaah. Itu diletakkan di masing-masing meja sebagai tempat beribadah. Sajian buah lima macam juga disiapkan. Lima buah itu jenisnya diperbolehkan apa saja. Namun, harus buah yang letaknya menggantung diatas pohon. Bukan buah yang tertanam di atas tanah.

Nggak tahu kenapa, tapi tradisi dari dulu itu memang harus buah yang letaknya diatas. Tidak boleh buah yang tumbuh ditanah atau yang letaknya dibawah,” sambungnya. Tan Kiem Hwa membeberkan lima jenis yang biasanya disajikan. Terdiri dari apel, pir, belimbing, apel merah, dan pisang. ”Buahnya bebas yang penting lima macam. Dari dulu tradisiya seperti itu,” ujar Tan Kiem Hwa. Dia berharap, kedepannya anak cucu dan jamaah diberi kesehatan dan kemakmuran.

Tjia Eng Bie, salah satu aktivis kelenteng Hok Hien Bio menyampaikan kegiatan ini merupakan kegiatan rutin setiap tahun jelang imlek. ”Ya seperti ini kegiatannya. Bersih-bersih patung sehari penuh sampai malam,” ujarnya.

Saat itu Eng Bie sedang membersihkan patung Tri Dharma. Patung itu terdiri dari Nabi Kong Hoe Tjoe, Sang Budha Gautama, dan Thay Sang Law Tjin. Dia berharap imlek tahun ini mendatangkan kedamaian, toleransi dan kemakmuran.


Peringatan Imlek jatuh pada Sabtu (25/1). Nantinya, sepekan setelah imlek, tepatnya pada Sabrtu (1/2) akan ada perayaan sembahyang Tuhan Allah. Seluruh umat yang akan mengikuti sembahyang itu merupakan umat vegetarian. Artinya, tiga hari sebelum menggelar sembahyang kepada Tuhan Allah, umat hanya diperbolehkan mengkonsumsi makanan selain daging. Itu sebagai penghormatan kepada Tuhan Maha Suci. (vga)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

Contact

Whats App
085640127128

Email
vegaensiklopedia10@gmail.com