VEGA
MA’ARIJIL ULA/RADAR KUDUS
SERU:
Jawa Pos Radar Kudus berswafoto bersama penumpang perahu wisata Logung Selasa
(25/2) lalu.
TIDAK
PAKAI PELAMPUNG: Wisatawan melambaikan tangan saat sedang menjajal perahu
wisata Logung
SANTAI:
Samiono (mengoperasikan perahu) bersama penumpang duduk santai di atas perahu
wisata Logung belum lama ini.
MEGAH:
Kantor Bendungan Logung terlihat dari waduk Logung.
DAWE,
Radar Kudus – Keamanan
perahu wisata Logung Desa kandangmas, Dawe, Kudus belum maksimal. Payung hukum
belum tersedia. Izin operasional standarisasi perahu dari Dinas Perhubungan (Dishub)
Jawa Tengah tak kunjung turun. Tak hanya itu, akses jalan menuju perahu wisata
Logung juga sulit.
Keamanan perahu yang
belum maksimal itu terlihat dari pengunjung kloter pertama yang menaiki perahu
tanpa menggunakan pelampung. Tepatnya pada Selasa (25/2) lalu. Padahal, di
perahu tersebut sudah tersedia pelampung yang digantung di tiang-tiang perahu.
Saat itu ada empat laki-laki yang menaiki perahu tipe viber bertuliskan Bintang
Kejora.
Pantauan Wartawan Jawa Pos Radar Kudus di lapangan, saat
itu ada 16 perahu yang terparkir di sebelah barat. Terdiri dari delapan perahu
bertipe tongkang, tujuh perahu bertipe viber, dan satu speedboat. Untuk perahu
tipe viber (dengan sayap penyeimbang) panjangnya enam meter. Lebarnya 130
sentimeter. Diatas perahu tersebut terdapat empat deret kursi. Untuk sekali
memutari waduk Logung sepanjang tiga kilometer membutuhkan satu liter bensin.
Sedangkan untuk perahu
viber (tanpa sayap penyeimbang) panjang perahunya lima meter. Lebar 190
sentimeter. Dan ada empat deret kursi. Satu liter bensin dibutuhkan untuk sekali
berkeliling waduk Logung sepanjang 3 kilometer.
Lain dengan perahu
viber, untuk tipe perahu tongkang memiliki panjang tujuh meter. Lebar 190
meter. Perahu tongkat juga memiliki empat deret kursi. Tetapi deret kursinya
lebih panjang ketimbang perahu bertipe viber. Soal bahan bakar, perahu tongkang
membutuhkan satu liter bensin untuk sekali
putaran.
Jika bertanya soal keamanan,
perahu viber sudah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) pabrikan Pacitan,
Jawa Timur serta dilengkapi surat-surat yang menerangkan perahu tersebut dibuat
oleh CV. Mina Anugrah Industri Fiber Glass, kontraktor, supplyer Perdagangan
Umum Jasa Angkutan.
Kebetulan, wartawan
koran ini berkesempatan melihat file yang menyebutkan tentang perusahaan
pembuat perahu tersebut. Tertera pada selembar kertas itu atas nama Bambang
Purnomo selaku Direktur yang telah menyatakan bahwa telah membangun satu unit
perahu.
Untuk speedboat juga
sudah berstandar SNI. Sedangkan perahu bertipe tongkang belum berstandar SNI
karena merupakan buatan warga sendiri. Jawa
pos Radar Kudus mencoba bertanya ke salah seorang operator perahu. Namanya
Samiono. Warga RT I/RW II Desa Kandangmas.
Samiono membeberkan,
untuk perahu tipe tongkang belum standar. Sebab, itu hanya dibuat oleh warga
Desa Kandangmas sendiri. Pengerjaannya hanya dua pekan. Cukup dilakukan seorang
diri. ”Kalau viber dan speedboat itu sudah standar karena buatan pabrik,” jelas
dia.
Dia memaparkan lebih
lanjut, pada pekan sebelumnya, yakni Kamis (20/2) ada pihak Dishub Jawa Tengah
yang meninjau perahu. Namun, itu hanya sekilas. Menurut Samiono, masing-masing
operator diminta menunjukkan Surat Izin Mengemudi (SIM), dan menyerahkan data
spesifikasi perahu. Mulai dari panjang perahu, lebar perahu, jenis mesin, dan
data lainnya. ”Kamis Dishub Jateng kesini. Tanya-tanya soal perahu,” jelas
Samiono.
Hal itu juga
disampaikan oleh Ketua Pokdarwis Desa Kandangmas Sabari. Sabari mengatakan
sudah mengajukan beberapa data perahu kepada pihak Dinas Perhubungan Jawa
Tengah. Itu meliputi data pemilik perahu, pembuatan perahu, nama perahu,
spesifikasi perahu, dan nomor mesin. ”Sebagai tindak lanjut dari kedatangan
Dishub Jateng beberapa waktu lalu, saya sampaikan beberapa data perahu untuk di
standarisasi,” jelas dia.
Terpisah, Staf Sungai
Danau dan Penyeberangan Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Jawa Tengah
dan DIJ Basuki Triyono menyampaikan soal standarisasi. ”Setelah saya lihat
untuk perahu logung itu dibatasi lima sampai enam penumpang saja,” jelasnya.
Dia menyampaikan,
ketersediaan pelampung yang ada belum standar. Menurut dia, pelampung yang
standar memiliki beberapa kriteria. Diantaranya memiliki berat 2 Kilogram, dilengkapi
dua strap webing warna hitam dan disertai peluit, dilengkapi dengan lampu,
bahan pelapis luar Terylene Oxford Textile, pelapis bagian dalam EPE Foamed
Polyetylene, bewarna oranye cerah, terdapat perangkat penyimpanan lampu, dan
memiliki intensitas cahaya yang tidak kurang dari 0,75 candela.
Dia menambahkan, perahu
harus memiliki alat-alat keselamatan. Salah satunya life jacket dan lampu penerangan. Kedepannya Basuki akan kembali ke
Kudus sekitar Selasa (3/3) untuk melakukan pengukuran perahu. ”Kami akan terus
bina agar wisata waduk Logung di Kudus lebih baik.
Di sisi lain, belum
maksimalnya pengamanan membuat Samiono dan rekan-rekannya sesama operator
perahu wisata Logung hanya membawa penumpang dengan batasan empat sampai lima
orang. Sebab, belum ada ketentuan tonase secara resmi. Tak berhenti disitu, dia
dan rekan-rekannya tak berani membawa penumpang sampai ke tengah waduk Logung.
”Kami nggak boleh membawa penumpang ke tengah.
Hanya beroperasi di pinggir saja. Dengan jarak lima meter dari daratan. Kalau
ada-apa setidaknya masih kelihatan dari daratan,” ujar dia. Sejauh ini menurut
pengakuannya memang belum ada perahu macet di kawasan waduk Logung.
Bicara soal mesin,
mesin yang dipasang di perahu wisata Logung ada dua jenis. Pertama mesin bertipe
bekingking. Lalu ada mesin tempel. Menurut Samiono, mesin tempel lebih layak
karena perahu yang dipasang mesin tempel dapat berjalan mundur. Sedangkan
perahu yang menggunakan mesin bekingking hanya mampu berjalan ke depan, ke kanan,
dan ke kiri.
Samiono membeberkan
spesifikasi perahu miliknya kepada wartawan koran ini. Perahu viber miliknya
itu memiliki panjang enam meter. Lebarnya 130 sentimeter. Total kursinya ada
emapt deret. Berbicara soal jenis mesin, Samiono menggunakan mesin berjenis
bekingking seharga Rp 3 juta dengan kecepatan maksimalnya 3,5 knot.
Selain Samiono dan
wartawan Jawa Pos Radar Kudus, dua
warga asal Desa Kandangmas ikut serta menjajal perahu wisata milik Samiono.
Kami diharuskan menggunakan pelampung terlebih dahulu sebelum mulai berlayar.
Sepanjang mengitari
waduk Logung, arus air tenang. Perahu pun tidak bergoyang. Cuaca saat itu juga
cerah. Samiono yang duduk di belakang itu terus fokus mengoperasikan perahu.
Sementara dua warga dan waratwan Jawa Pos
Radar Kudus saling berbincang. ”Sebenarnya sudah layak beroperasi. Sudah
aman. Tetapi kami memang belum punya izin yang resmi. Kami inginnya ya ada izin resmi supaya kerja itu
aman,” celetuk Samiono.
Samiono menambahkan,
perahu miliknya itu bisa membawa delapan penumpang. Tetapi untuk berjaga-jaga,
dia hanya mengambil empat penumpang sekali narik. ”Tapi ini sebenarnya sudah
aman kok mas,” sahut salah seorang
penumpang perahu.
Usai mengitari waduk
Logung selama kurang lebih 30 menit, Samiono dan waratwan koran ini kembali
berbincang. Kali ini soal akses jalan.
Di sela-sela
perbincangan antara Jawa Pos Radar Kudus
dan Samiono, wartawan koran ini mencoba mendatangi wisatawan yang telah mencoba
naik perahu wisata. ”Gelombangnya datar. Nggak
medeni,” ujar Mujib Burohman warga Mayong, Jepara.
Lalu ada Muhammad
Maimun, warga Gembong, Pati. ”Aman. Murah. Jokinya juga ramah. Perahunya juga nggak berguncang. Tetapi kalau bisa ini
akses jalan menuju ke perahu wisata diperbaiki karena masih tanah dan kerikil
jadinya licin,” ujar dia.
Senada, Samiono juga
tidak memungkiri kalau akses jalan menuju perahu wisata memang sulit. ”Lebarnya
empat meter. Dan masih berupa tanah berkerikil jadi ya licin juga. Menurut pengamatan Jawa Pos Radar Kudus, akses jalan menuju perahu wisata Logung masih
sulit.
Penunjuk perahu wisata
Logung hanya ada dua. Itupun ditulis pada sebidang kayu berukuran kecil. Di kanan
kiri jalan juga masih berupa pepohonan. Batu-batu berukuran kecil hingga besar
menjadi penghias jalan berukuran lebar empat meter itu. Tak jarang beberapa
wisatawan harus mengurangi kecepatan kendaraannya. Belum lagi di 500 meter
sebelum area perahu wisata, terdapat turunan jalan juga curam dan licin. Lalu,
di dekat dermaga perahu kondisinya berlumpur dan tergenang air.
Jawa
Pos Radar Kudus mencoba dua jalan untuk menuju perahu
wisata Logung. Pertama, wisatawan dapat melewati Desa Kandangmas menuju ke arah
utara. Disitu, wisatawan akan bertemu gapura Desa Kandangmas. Lalu belok ke
kanan menuju ke timur. Disitu terdapat jalan yang sudah di cor. Dari situ
wisatawan menuju ke utara dan mengambil belok kanan. Dari situ perahu wisata
Logung sudah terlihat.
Wisatawan juga dapat
memilih opsi kedua. Yakni melewati jalan dari SPBU Krawang, Jekulo, Kudus. Dari
situ menuju ke arah Balai Desa Tanjung Rejo. Lalu belok kiri menuju ke barat.
Disitu, wisatawan akan menemukan jalan letter ”S”. Tampak gapura Dukuh Masin.
Lalu ambil ke kiri menuju ke timur. Setelah menemukan pertigaan ambil kanan
menuju ke selatan. Dari situ tinggal mengikuti penunjuk bertuliskan perahu
wisata Logung.
”Kalau saya inginnya
akses jalan itu diperbaiki soalnya untuk menuju ke perahu masih sulit,” imbuh
Samiono. (vga)
0 komentar