ALVIS
REZANDO FOR RADAR KUDUS
TERBENTUR
KORONA: Alvis Rezando, pembuat barongsai asal Kudus terkendala bahan baku untuk
membuat Barongsai akibat virus Korona. Sebab, bahan baku pembuatan barongsai
diimpor dari Wuhan, Tiongkok.
JATI,
Radar Kudus – Virus
Korona saat ini menjadi pandemi. Banyak yang sudah terkena dampak dari virus
yang berawal dari kota Wuhan, Tiongkok itu. Salah seorang pembuat barongsai di
Kudus tak luput dari dampak Korona. Sebab, dia tidak dapat lagi memproduksi
barongsai.
Penyebab tersendatnya
produksi barongsai dialami oleh Alvis Rezando. Sebab, aksesoris barongsai harus
diimpor dari Wuhan, Tiongkok. Dia memilih impor dari Wuhan,Tiongkok karena
memiliki kualitas super. Aksesoris barongsai yang dipesan dari negeri tirai
bambu itu meliputi bulu domba, mata barongsai, dan bulu kelinci. ”Susah masuk. Kan barang-barang itu dari Tiongkok
semua,” jelasnya.
Sebelum ada Korona, aksesoris
barongsai yang dipesannya itu sampai di kediamannya dalam waktu satu bulan.
Namun, semenjak ada virus Korona, impor tidak dapat dilakukan lagi karena akses
sudah ditutup.
Kepada Jawa Pos Radar Kudus, saat ini Alvis
hanya bisa menghabiskan stok yang masih ada di rumahnya. ”Saat ini sudah ndak isa masuk ke Indonesia. Dan saya
pun cuma bisa menghabiskan stok yang ada. Misal yang tersedia stok bulu domba
warna merah. Sedangkan bulu putihnya nggak
ada ya nunggu yang putih dulu. Tapi nggak tahu pastinya kapan,” sambungnya.
Kepada wartawan koran
ini, Pria yang berdomisili di Desa Loram Kulon RT I/RW II itu membeberkan rincian
aksesoris yang diimpor dari Wuhan, Tiongkok. Untuk bulu domba satu ekor seharga
Rp 1,5 juta. Satu pasang mata barongsai seharga Rp 50 ribu. Bulu kelinci
seharga Rp 250 ribu, dan Bola hidung seharga Rp 250.
Menurutnya, di
Indonesia juga belum ada yang memproduksi bulu domba. Dengan adanya Korona, mau
tidak mau, dia harus berterus terang dengan ke customer yang sudah terlanjur order.
Bahwa barang dari Tiongkok belum dapat masuk ke Indonesia sampai waktu yang
belum ditentukan. ”Customer memahami
hal tersebut,” kata dia.
Sebelum ada Korona, Alvis
mampu memproduksi empat sampai lima barongsai dalam sebulan. Dia mampu
mengantongi Rp 10 sampai Rp 15 juta dalam sebulan. Alvis berharap virus Korona
dapat segera teratasi. ”Kasihan orang dagang yang ambil barang-barang impor.
Dan semoga virus ini cepat hilang,” harapnya. (vga)
0 komentar