Oleh:
Vega Ma’arijil Ula
Sebuah perusahaan multinasional asal Amerika,
sekaligus mesin pencari kenamaan, Google berulah dengan menghapus negara
Palestina dari Google Maps. Tentu hal ini memancing reaksi dari berbagai pihak.
Google yang notabene merupakan produk dari Paman Sam tak seharusnya turut
berperang dalam konflik yang sedang terjadi di wilayah palestina. Kejadian ini
tentu dapat merusak citra Google sendiri yang selama ini sudah banyak digunakan
atau bahkan membantu masyarakat diseluruh penjuru negeri didalam memenuhi
informasi yang dibutuhkan para pengakses Google.
Google
bahkan mengganti nama Palestina dengan Israel. Tentu hal ini menuai berbagai
kecaman dari berbagai pihak, banyak yang menyerukan agar Google segera
mengembalikan tindakan konyol tersebut. Saat didesak seperti ini, Google
berkilah bahwa telah terjadi kesalahan teknis. Terdengar konyol memang,
bagaimana bisa secara tiba-tiba hilang dan berkilah bahwa telah terjadi
kesalahan teknis. Bahkan kota “Tepi
Barat” dan “Jalur Gaza” tidak muncul di Google Maps. Fakta ini jelas bukan
kebetulan semata, apalagi hal serupa juga ditemukan di “Apple Maps” yang juga
tidak menyertakan kedua kota tersebut.
Tak
sependapat dengan apa yang terjadi, masyarakat dunia turut mengecam atas apa
yang dilakukan oleh Google. Mereka bersama-sama membuat petisi online melalui
Change.org. Dalam hal ini Google secara tidak langsung turut berperan dalam
pembersihan etnis pemerintah Israel atas Palestina. Berbagai kalangan turut
menyesalkan atas perbuatan yang dilakukan oleh Google, secara tidak langsung
ulah dari Google merupakan penghinaan bagi palestina.
Aliansi Forum
Jurnalis Palestina (PJF) mengutarakan bahwa apa yang telah dilakukan oleh
Google merupakan kegiatan konspirasi atas skema Israel terhadap Palestina.
Secara tidak langsung Israel bakal dianggap sah yang secara langsung menghapus
nama palestina. Bukan pertama kalinya Google demikian, pada 25 Juli Google juga
menghapus kota-kota yang sejatinya milik Palestina menjadi milik Israel.
Langkah yang diambil oleh Google ini merupakan langkah kontroversial yang
sejatinya bertentangan dengan norma dan konvensi Internasional. Jika tidak
ingin dianggap turut berperang, Google harus mengembalikan Palestina kedalam
Google Maps.
Indonesia
bahkan tidak setuju dengan hal ini. Melalui Menkominfo. Indonesia telah
berkoordinasi dengan Google. Google mengutarakan bahwa membuat peta yang
mengacu pada keanggotaan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Meski status
Palestina di PBB bukanlah anggota penuh, ttidak semestinya Google menghapus
wilayah Palestina. Bahkan Indonesia secara jelas mengakui keberadaan Palestina.
Salah satunya melalui pembahasan pada Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi
Kerja Sama Islam (KTT OKI).
Perlu
diketahui juga bahwa Masjid Al-Aqsha diklaim sebagi milik Israel, bukan Palestina.
Miris memang melihat apa yang sudah dilakukan oleh Google. Sebagai warga
Indonesia kita juga berhutang budi kepada Palestina. Secara de Facto Indonesia
merdeka pada 17 Agustus 1945, namun perlu diingat bahwa untuk berdiri secara de
jure, Indonesia tentu membutuhkan pengalaman dari bangsa-bangsa lain. Yang
perlu dicermati, yaitu dukungan kemerdekaan Indonesia dimulai oleh Palestina
kemudian diikuti Mesir. Bahkan hal ini
sudah tertuang di buku “Diplomasi Revolusi Indonesia” di Luar Negeri.
Kembali
ke topik, ulah yang dilakukan oleh Google terlihat seperti memutarbalikkan
fakta sejarah serta letak geografi yang sudah ada sedari dulu. Terlihat seakan
memalsukan hak rakyat Palestina atas tanah air mereka. Perlu diketahui pada
saat kita mencari kata “Palestrina” pada Google, maka yang muncul yaitu
Yerusalem dan Gaza, bukan Palestina.
0 komentar