VEGA
MA’ARIJIL
ULA/RADAR KUDUS
BERSIH-BERSIH:Aktivis
kelenteng Hok Hien Bio, Tjia Eng Bie dan salah satu umat, Koh Huk Kyanto
membersihkan patung Tri Dharma di halaman kelenteng kemarin.
SAMBUT IMLEK: Aktivis
kelenteng Hok Hien Bio, Tjia Eng Bie membersihkan patung Dewa Bumi (Hok Tek
Tjing Sin) di depan kelenteng kemarin.
KERJA KERAS: Salah
satu umat Tionghoa, Koh Huk Kyanto mengangkat baner bertuliskan nama-nama dewa
di halaman kelenteng Hok Hien Bio kemarin.
JATI,
Radar
Kudus – Jelang
pelaksanaan Imlek, umat Tionghoa membersihkan kelenteng Hok Hien Bio, Getas
Pejaten, Jati, Kudus. Ada puluhan patung yang dibersihkan. Lima diantaranya
merupakan patung agung. Selain membersihkan patung, warga menyiapkan abu untuk
beribadah.
Lima patung itu terdiri dari Patung
Dewa Bumi (Hok Tek Tjing Sin), patung Dewa Obat (Hian Thian Siang Tee), patung
Dewi Welas Asih (Kwan Im Poo Sat), patung Dewa Kesetiaan dan Kejujuran (Kwan
Sing Tee Kun), patung Tri Dharma (terdiri dari Nabi Kong Hoe Tjoe, Sang Budha
Gautama, dan Thay Sang Law Tjin).
Patung-patung itu ditata diatas
meja disebelah utara kelenteng. Jumlahnya ada 22 meja. Masing-masing umat
membersihkan patung menggunakan kuas dan kain bewarna putih. Satu patung yang
paling dimuliakan yakni patung Dewa Bumi. Patung itu diistimewakan lantaran
merupakan patung tuan rumah kelenteng Hok Hien Bio.
Patung Dewa Bumi (Hok Tek Tjing Sin)
tingginya 40 sentimeter dengan lebar 25 sentimeter. Ada dua patung Dewa Bumi.
Satu merupakan patung lama. Warnanya kuning. Sedangkan satunya bewarna biru yang
merupkan duplikat. Patung Dewa Bumi bewarna biru itu lebih baru dan merupakan pemberian
jamaah.
Tan Kiem Hwa, salah satu pembina
yayasan Kelenteng Hok Hien Bio mengatakan, patung Dewa Bumi itu diletakkan di
pintu utama kelenteng. Pintu itu di sebelah barat. ”Letaknya di pintu utama
karena sembahyang kepada Tuhan itu dari luar, terus ke patung Dewa Bumi itu,
baru ke patung-patung lainnya,” terangnya.
Menurutnya, selain lima patung
agung itu, di kelenteng Hok Hien Bio juga memiliki patung-patung kecil lainnya.
Kegiatan bersih-bersih itu juga dilakukan dengan cara menyiapkan abu sebagai
sembahyang. Abu tersebut merupakan abu dari kelenteng Hok Hien Bio yang awalnya
bekas dari abu sembahyang jamaah yang digunakan kembali untuk satu tahun
kedepan.
Sebanyak 22 tempat abu (hioloo)
disiapkan bagi para jamaah. Itu diletakkan di masing-masing meja sebagai tempat
beribadah. Sajian buah lima macam juga disiapkan. Lima buah itu jenisnya
diperbolehkan apa saja. Namun, harus buah yang letaknya menggantung diatas
pohon. Bukan buah yang tertanam di atas tanah.
”Nggak tahu kenapa, tapi tradisi dari dulu itu memang harus buah
yang letaknya diatas. Tidak boleh buah yang tumbuh ditanah atau yang letaknya
dibawah,” sambungnya. Tan Kiem Hwa membeberkan lima jenis yang biasanya
disajikan. Terdiri dari apel, pir, belimbing, apel merah, dan pisang. ”Buahnya
bebas yang penting lima macam. Dari dulu tradisiya seperti itu,” ujar Tan Kiem
Hwa. Dia berharap, kedepannya anak cucu dan jamaah diberi kesehatan dan
kemakmuran.
Tjia Eng Bie, salah satu aktivis
kelenteng Hok Hien Bio menyampaikan kegiatan ini merupakan kegiatan rutin
setiap tahun jelang imlek. ”Ya
seperti ini kegiatannya. Bersih-bersih patung sehari penuh sampai malam,”
ujarnya.
Saat itu Eng Bie sedang
membersihkan patung Tri Dharma. Patung itu terdiri dari Nabi Kong Hoe Tjoe,
Sang Budha Gautama, dan Thay Sang Law Tjin. Dia berharap imlek tahun ini
mendatangkan kedamaian, toleransi dan kemakmuran.
Peringatan Imlek jatuh pada Sabtu
(25/1). Nantinya, sepekan setelah imlek, tepatnya pada Sabrtu (1/2) akan ada
perayaan sembahyang Tuhan Allah. Seluruh umat yang akan mengikuti sembahyang
itu merupakan umat vegetarian. Artinya, tiga hari sebelum menggelar sembahyang
kepada Tuhan Allah, umat hanya diperbolehkan mengkonsumsi makanan selain
daging. Itu sebagai penghormatan kepada Tuhan Maha Suci. (vga)
0 komentar