Daud Hery Palajukan, Pelatih Kiper Persiku Kudus yang gemar belajar soal sport science
By vegaensiklopedia10@gmail.com - 04.50
VEGA
MA’ARIJIL ULA/RADAR KUDUS
PIAWAI:
Daud Hery Palajukan memberikan arahan kepada kiper Persiku saat berlatih di
Stadion Wergu Wetan beberapa waktu lalu.
Daud
Hery Palajukan, Pelatih Kiper Persiku Kudus yang gemar belajar soal sport
science
Belajar
Sport Science Bersama Orang Eropa Untuk Diterapkan di Persiku Kudus
Daud Hery Palajukan
mulai mengenal sport science saat bergabung bersama beberapa pelatih Eropa yang
program diskusinya dilakukan melalui sosial media Whatsapp. Di grup whatsapp
itu terdiri dari ribuan pelatih dari berbagai mancanegara termasuk yang sudah
memiliki lisensi UEFA Pro.
Vega
Ma’arijil Ula, Kudus
DI
Temui
di mes Persiku Kudus, Daud menyambut baik kedatangan wartawan Jawa Pos Radar Kudus. Daud yang merupakan pelatih
kiper Persiku Kudus menceritakan awal mula perjalanan hidupnya hingga menjadi
seorang pelatih kiper.
Daud memilih menjadi
kiper lantaran postur tubuhnya yang sedari kecil sudah terbilang mumpuni.
Setiap kali bermain bola bersama teman-temannya di kampung halamannya, Desa
Puncak Monapa, Lasususa, Sulawesi Tenggara Daud selalu menjadi kiper. ”Setiap
kali main itu gawangnya pakai sandal. Dan saya selalu jadi kiper,” ujarnya
sambil tertawa.
Mengawali karir di PSM
Makassar U-21 Daud mulai menekuni karir profesionalnya sebagai penjaga gawang.
Pretasinya hadir kala meraih trofi Habibie Cup 2003 dengan menyabet gelar juara
1. Turnamen Habibie Cup itu sebagai ajang untuk mencari pemain muda sebelum
akhirnya bergabung bersama skuad Juku Eja senior.
Di tahun 2010, Daud
mulai mengambil lisensi pelatih umum D Nasional. Kemudian dia melanjutkan untuk
ambil AFC di Brunei Darussalam. Saat itu dirinya bersama tiga orang lainnya
yang berasal dari Indonesia. Peserta lainnya berasal dari Malaysia, Filipina,
Myanmar, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.
Dirinya mengambil
lisensi C AFC terlebih dahulu. Sebab, untuk mengambil lisensi khusus pelatih
kiper harus memiliki lisensi C AFC level 1 terlebih dahulu. ”Harus ambil
lisensi C AFC dulu baru bisa ambil lisensi khusus goalkeeper,”terangnya.
Dirinya juga
menjelaskan dengan lisensi C AFC itu, Daud sudah bisa menjadi pelatih kepala di
klub Liga 3. Sementara di klub Liga 2 bisa menjadi asisten pelatih. Selama
mengikuti lisensi, Daud diberi materi soal cara menyusun latihan dan bagaimana
memberikan dasar-dasar sepak bola.
Di 2017, Daud pernah
menjadi pelatih kiper di SSB Salfas Soccer Tangerang. Kemudian pernah melatih
Sindo Dharaka FC (klub Liga 3 Jawa Timur) Jember sebagai pelatih fisik. Pria
kelahiran Kolaka Utara ini pernah menjadi observator ke Singapura dan Thailand.
Di negeri tetangga itu
Daud belajar soal pengembangan sport
science dan berkenalan dengan orang-orang dari beberapa negara. Termasuk
bergabung di grup Whatsapp World Coaching, sebuah grup untuk saling
belajar soal sepak bola termasuk sport
science yang anggota grupnya berasal dari belahan dunia mulai Eropa, Asia,
dan Afrika.
Sejak saat itu Daud
tertarik untuk terus belajar soal sport
science. Menurutnya, sport science
tidak hanya berlaku di sepak bola semata. Namun, dapat diterapkan di semua
cabang olahraga.
Sport
science itu sudah diterapkannya kala menjadi pelatih fisik
di Sindo Dharaka FC (klub Liga 3 Jawa Timur) dan terbilang memudahkan kerja
pelatih kepala kala itu. Kini, pria kelahiran 25 Januari 1980 itu mencoba
menrapkan sport science di kubu
Persiku Kudus dengan harapan menunjang prestasi.
Sebab, lewat sport science dapat diketahui performa
pemain beserta progresnya setiap hari. ”Jadi diawali dengan tes dan pengukuran
sebagai parameter sebagai titik awal seorang pemain sebelum di kalkulasi
performanya setiap hari,” jelas Daud.
Di Eropa, sport science sudah digunakan. Terbukti
beberapa performa pemain dapat terpantau. Akurasinya diklaim Daud mencapai 95
persen. Sebab, sport science diolah
dari beberapa data dari waktu ke waktu untuk menunjang prestasi. Sekalipun
nanti ada penurunan performa pemain, dapat dilihat apa penyebab penurunannya
itu.
Daud menambahkan,
beberapa orang menganggap sepak bola bukanlah matematika, tetapi lewat sport science sepak bola bisa menjadi
matematika. Pasalnya, di sport science
semua dihitung. Daud juga menunjukkan aplikasi sport science yang bernama tactical
board dan darkstats science yang
pada laptopnya.
Dari database itu dapat
diketahui daya jelajah pemain, durasi main tiap-tiap pemain, proses gol berasal
dari mana, siapa saja pemain yang sudah terkena kartu kuning dan kartu merah, di
menit berapa sebuah klub dominan mencetak gol, berapa jumlah peluang yang
didapat dalam satu pertandingan, berapa jumlah off-side dalam satu pertandingan, bagaimana grafik pemain setiap
pekannya, apa kesalahan yang sering dilakukan pemain saat bertanding, kenapa
tim dapat kebobolan, rapor pemain ini berapa, dan masih banyak lagi hal
lainnya.
Daud menambahkan, Sport science sangat berpengaruh ke
prestasi. ”Dengan sport science
bentuk materi menjadi lebih terjadwal. Semua data itu harus tercatat agar tidak
lupa, dan tentunya agar berpengaruh ke prestasi,” imbuhnya. (vga)
0 komentar