Oleh: Vega Ma’arijil Ula
Pekan Olahraga Nasional ke 19 yang
baru saja selesai digelar di jawa Barat
pada tanggal 17 hingga 29 September 2016. Ajang multi games ini kembali
menyihir masyarakat untuk menyaksikan baik secara lanngsung maupun melalui
layar televisi. Banyak khalayak yang menjagokan Jawa Barat selaku tuan rumah,
namun juga ada yang percaya pada daerahnya masing-masing untuk menjadi juara
umum pada PON kali ini. Tak heran tentunya mengingat memang banyak cabang
olahraga yang dipertandingkan di PON kali ini, bahkan ada cabang tambahan
seperti kriket,
hoki, dansa, berkuda dan drumband. Jadi, ke tigapuluh empat provinsi memiliki
peluang yang sama.
Melihat ke arah positifnya terlebih
dahulu, PON ke sembilan belas kali ini berlangsuung sangat meriah dengan
tingkat kepercayaan masyarakat yang menyaksikan ajang ini, serta animo yang tak
kalah menarik di setiap Gedung Olahraga atau di tribun sepakbola yang tak
sepi-sepi amat. Cabang olahraga Futsal contohnya mendapat perhatian dari
masyarakat yang begitu besar, terbukti setiap kali di gelar, bisa kita saksikan
di tribun-tribun penonton banyak yang datang guna menyaksikan cabang olahraga
ini, terbukti tidak hanya dari kaum adam saja yang datang, namun dari kaum hawa
dan anak-anak sekolah juga turut menyaksikan cabang olahraga lima lawan lima
ini. Hal ini tentu sebuah kemajuan bagi pertandingan futsal sendiri. Itu secara
spesifiknya, jadi bisa disebut PON kali ini lebih meriah. Bagaimana tidak,
pembukaannya saja dilangsungkan di Stadion Baru bernama Gelora Bandung Lautan
Api yang notabene baru saja selesai. Riuh pembukaan dan iringan kembang api
membuat pesta olahraga ini terkesan mentereng.
Boleh berbangga namun tetap rendah
hati, itulah kata yang cocok untuk ungkapan di ajang PON saat ini. Melirik ke
berbagai cabang olahraga, masih banyak yang dapat kita saksikan bahwa event di
tiap-tiap cabangnya masih banyak ditemui kecurangan, baik dari pihak
penyelenggara, wasit, maupun oknum-oknum lainnya. Mari kita bahas satu persatu.
Dari cabang polo air misalnya,
kontingen Jawa Barat dan Sumatera Selatan saling baku hantam di arena kolam. Hal
ini berdampak pada kontingen DKI Jakarta yang juga menonton di pinggir arena
untuk ikut saling pukul. Tak hanya itu, tawuran juga terjadi antara pendukung
tim sepak bola Jawa Barat dan DKI Jakarta. Kemudian dari cabang berkuda, tim
tuan rumah mendapatkan Wild Card
sehingga dengan leluasa dapat berkompetisi tanpa harus menyelesaikan
pertandingan. Tak hanya itu, panitia juga menempatkan kuda kontingen lain di
kandang beratap seng sehingga kuda menjadi kepanasan. Di cabang judo dan
karate, wasit dinilai menguntungkan tim tuan rumah, Jawa Barat. Bahkan
terdengar kabar juga bahwa tim tuan rumah Jawa Barat meminjam atlet dari daerah
lain untuk memperkuat tim tuan rumah. Hal seperti ini justru mencederai
sportivitas. Sebenarnya hal ini bisa diminimalis dengan cara memilih wasit yang
netral dari daerah lain. Data dan faktanya, judo, gulat dan karate merupakan
cabang dengan tingkat angka protes tertinggi selama perhelatan Pekan Olahraga
Nasional ke 19 ini.
Kembali menambahkan, jika dilihat
dari perhelatan PON kali ini, banyak atlet-atlet kelas atas yang
berbondong-bondong turun kasta demi mengamankan medali. Sebut saja para pemain
pelatnas bulu tangkis yang turun serta bermain di ajang PON ini. Sejatinya PON
adalah ajang untuk bibit-bibit muda yang kurang terlihat oleh para pencari
bakat, sehingga melalui ajang ini mereka bisa unjuk gigi. Nah jika ajang PON
ini di dominasi oleh atlet-atlet yang sudah jadi, tentu ini tidak bagus bagi
regenerasi atlet Indonesia untuk kedepannya. Jadi melalui cabang PON inilah
mereka para bibit muda bisa mendapatkan jam terbang sehingga pengalaman dan
skill mereka akan terasah guna bersaing di level yang lebih tinggi. Jangan
hanya megejar medali saja, percuma event seperti ini digelar jika hanya
berorientasi pada medali. Kedepannya harus ada evaluasi secara menyeluruh, baik
dari Menteri pemuda dan olahraga, panitia, wasit, official, atlet dan kita juga
sebagai seorang supporter. Semuanya semata-mata hanya untuk negeri tercinta
kita ini, tanah air Indonesia.
Terakhir kita juga harus
berterimakasih kepada tuan rumah dalam hal ini Jawa Barat yang telah berusaha
secara maksimal dalam rangka menyiapkan ajang Pekan olahraga ke sembilan belas
ini sampai ditutupnya pagelaran empat tahunan ini. Meski di awal sempat
terseok-seok dengan berbagai kabar seperti venue yang belum siap, namun
nyatanya panitia mampu menyelenggarakan event ini. Namun tetap tak bisa
dilepaskan dan selesai begitu saja, sekali lagi Menteri Pemuda dan Olahraga
tentu tetap harus melakukan evaluasi terhadap PON ke sembilan belas ini. Serta
bersiap-siap juga untuk menatap PON ke duapuluh yang nantinya diselenggarakan
di tanah Papua. Harus ada peningkatan anatara PON yang baru saja di gelar ini
dengan PON empat tahun yang akan datang, agar atlet dan sportivitas seluruh
pihak mampu melebur menjadi satu bertajuk prestasi, sehingga kedepannya nanti
Indonesia mampu berbicara di level Internasional. Selamat datang di PON selanjutnya,
tanah Papua.
Vega Ma’arijil Ula
0 komentar