Oleh: Vega Ma’arijil Ula
Apa
yang kita bayangkan ketika mendengar negara Afghanistan? Mayoritas akan
menjawab sebuah negara penuh konflik. Dahulu Afghanistan adalah negeri konflik,
bahkan novel The Kite Runner karya Khaled Hosseini menggambarkan secara detail
konflik Taliban yang terjadi di Afghanistan beberapa tahun yang lalu. Bahkan
pelecehan terhadap kaum perempuan dideskripsikan secara detail, Perempuan juga
dipandang sebelah mata dalam novel terlaris versi New York Times.
Namun
saat ini kondisinya berbeda. Afghanistan mulai berbenah pasca konflik
berkepanjangan. Sebuah langkah awal dijalin dengan Indonesia melalui berbagai
sektor, diantaranya perdagangan, pendidikan, pariwisata, dan pertukaran sumber
daya manusia kedua belah negara. Tentu hal ini adalah langkah awal yang baik,
toh kedua negara juga mempunyai kesamaan yang mayoritasnya muslim sehingga baik
untuk menjalin kerukunan. Namun tetap peduli dan toleran terhadap pemeluk agama
lain. Sebuah bentuk harmoni dalam perbedaan.
Hal
yang secara khusus menjadi prioritas kerjasama adalah pemberdayaan perempuan.
Melihat dominasi politik yang pemain
utamanya adalah pria, Kabul memiliki
cara lain dengan mengutus Duta besar Roya Rahmani sebagai perwakilan di
Indonesia. Mengutip dari media cetak Kompas, pernyataannya saat itu adalah sebuah
pengharapan pemberdayaan yang dapat dijalin dengan Indonesia. Menurutnya,
pemberdayaan perempuan ditengah masyarakat sipil adalah sebuah agenda khusus di Afghanistan.
Sebuah
agenda yang positif tentunya mengingat tak banyak yang diketahui oleh Indonesia
terkait Afghanistan, masyarakat Indoneisa mungkin melihat Afghanistan adalah
negara yang gemar berperang, sebaliknya juga Afghanistan yang belum mengenal
kebudayaan dan keanekaragaman Indonesia. Kemudian dibidang perdagangan,
Afghanistan memiliki label pasar perdagangan terbesar di Asia. Serta,
Afghanistan memiliki peluang yang baik untuk investasi dan kerjasama.
Harapannya kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan pertukaran sumber daya
manusia, utamanya adalah perempuan, sehingga hubungan kedua negara semakin
dekat dan dapat mempromosikan satu sama lain. Selain itu saat berbincang dengan
Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla, peluang yang juga dibahas
adalah pertukaran jurnalis yang kedepannya dapat saling berkunjung di antara
kedua negara tersebut. Hal seperti ini
merupakan agenda positif yang sudah
seharusnya kita dukung sebagai perubahan ke arah yang lebih baik.
0 komentar