Oleh:
Vega Ma’arijil Ula
Tahun
2017 baru memasuki awal bulan kedua, sebuah tahun yang dapat dibilang masih
hijau dan baru. Sebuah kondisi yang sama dengan situasi Timnas Indonesia saat
ini. Di tahun ini, Timnas Indonesia telah memiliki struktur kepengurusan yang
baru; Ketua umum PSSI Eddy Rahmayadi, Wakil ketua umum PSSI Djoko Driono dan
Iwan Budianto, Direktur Tehnik Danur Windo, Sekjen PSSI Ade Welington, serta
dipilihnya Luis Milla sebagai pelatih Timnas senior dan Timnas U-22, lengkap
dengan asisten pelatih Bima Sakti, pelatih kiper Eduardo Perez Moran, pelatih
fisik Miguel Gandia dan Dokter tim Syarif Alwi. Kemudian dipilihnya pelatih Garuda
Muda yaitu Fachri Husaini untuk Garuda Muda U-16 dan Indra Sjafri untuk Garuda
Muda U-19.
Sektor
kompetisi juga mulai diperbarui. Regulasi mutlak untuk musim depan yang bernama
Liga 1 memang belum matang, terlebih kabarnya jadwal kompetisi bakal mundur.
Akan tetapi dapat kita lihat pada gelaran Piala Presiden 2017 yang mulai
menerapkan peraturan baru seperti babak 8 besar yang tidak lagi berformat
kandang tandang, pemain U-23 tidak wajib main penuh 90 menit, honor tuan rumah
yang cukup prestisius mencapai angka 500-800 juta, dan adanya pembatasan pemain
usia 35 tahun.
Dengan
adanya regulasi tersebut diharapkan agar kompetisi berjalan lebih sehat, tidak
ada crash antar pemain, tidak terulang kembali insiden menyerang atau bahkan menginjak
wasit. Diterapkannya denda kartu juga menjadi pertimbangan bagi pemain untuk
bermain lebih bersih dan profesional. Selanjutnya terkait regulasi pemain muda
tentu akan memberikan dampak positif guna mengangkat peforma jam terbang bagi
pemain muda. Sebuah hal yang dapat disebut sebagai investasi jangka panjang.
Kepengurusan
PSSI juga terlihat lebih segar mengingat orang-orang yang terlibat didalamnya
bukanlah tokoh politikus. Karena sejatinya seperti sebuah kalimat yang
diutarakan oleh legenda Timnas Argentina, Diego Maradona bahwa dunia olahraga
harus dibebaskan dari tangan-tangan politik. Dalam kepengurusan PSSI sebelumnya
dapat dirasakan aroma politik yang begitu kental. Namun kini angin segar datang
dalam bentuk kepengurusan PSSI yang baru dengan target yang lebih jelas.
Kembali
kearah pelatih yang bakal menangani Timnas juga diprediksi bakal memberikan
kontribusi yang maksimal. Sosok Fachri Husaini pelatih Timnas U-16 memiliki
rekam jejak prestasi sebagai pemain yang bermain di beberapa klub seperti Bina
Taruna, Lampung Putra, Petrokimia Putra (sekarang Gresik United), Pupuk Kaltim
(Sekarang Bontang FC). Lebih dari itu, Fachri Husaini pernah meraih Medali
perak SEA Games 1997 bersama Timnas Indonesia. Sedangkan Indra Sjafri pernah
membawa Timnas U-19 menjuarai Piala AFF-U19 di tahun 2013. Dan yang terakhir
adalah sosok Luis Milla yang memiliki sejarah memenangkan kejuaraan Mediterania
2009 (Spanyol U-20), Runner-Up Piala Eropa U-19 di tahun 2010, dan Piala Eropa
U-21 di tahun 2011 bagi Timnas Spanyol. Meski karir kepelatihan yang tidak
begitu cemerlang dibandingkan saat masih menjadi pemain Real Madrid dan
Barccelona, Luis Milla tentu diharapkan dapat memenuhi target yang diusung oleh
PSSI yaitu merebut Medali Emas di SEA Games Malaysia 2017 dan target semifinal
di Asian Games 2018.
Tak
mudah memang, akan tetapi tak pantas juga apabila berputus asa. Indonesia masih
memiliki amunisi, bibit-bibit muda yang layak menjadi tulang punggung Timnas
Indonesia untuk satu dekade kedepan. Sebut saja talenta muda penerus bangsa
diantaranya adalah Ravi Murdianto, Awan Seto, Muhammad Dicky, Abduh Lestaluhu,
Zalnando, Yanto Basna, Hanssamu Yama Pranata, Putu Gede, Manahati Lestusen, Evan
Dimas, M. Hargianto, Ahmad Nofiandani, Zulfiandi, Ilham Udin, Septian David
Maulana, Febri Haryadi, Miftahul Hamdi, Muchlis Hadining dan masih banyak lagi.
Kemudian alumni AFF Suzuki Cup 2016 lalu yang diprediksi masih mampu membela
Timnas adalah Andrytany Ardhiyasa, Teja Paku Alam, Gunawan Dwi Cahyo,Stefano
Lilipaly, Bayu Pradana, Dedi Kusnandar, Bayu Gatra, Andik Vermansyah, Ferdnand
Sinaga, dan Lerby Eliandry. Nama-nama diatas merupakan nama-nama yang sudah akrab
di telinga kita, sementara Indonesia masih memiliki talenta yang jauh lebih
muda lagi. Oleh karenanya bukan tidak mungkin Indonesia akan bangkit dan
terbang lebih tinggi lagi.
Harapan
dan optimistis tentu harus berjalan bersamaan, oleh karenanya PSSI juga memilih
target jangka panjang seperti masuk Olimpiade 2024 serta turut serta ke Piala
Dunia 2026. Apabila melihat target yang diusung oleh PSSI, tentu menginginkan
perubahan kearah yang lebih baik. Sebuah harapan mengharumkan nama Indonesia
dengan torehan prestasi yang lebih baik. Indonesia masih ada dan Indonesia
masih dapat terbang tinggi. Oleh karenanya mari bersama-sama melakukan
perubahan untuk Timnas Indonesia. Bravo Timnas, Bravo Indonesia.
0 komentar