Oleh: Vega Ma'arijil Ula
Berbicara
soal Kudus tentu tidak dapat dilepaskan dari kretek dan jenang. Kata yang
terakhir disebut, publik tentu sudah mengenal lama produk makanan tradisional
khas Kudus ini. Namun, mayoritas publik hanya mengetahui jenang dalam bentuk
siap makan tanpa tahu bagaimana jenang dibuat. Oleh karenanya, pemilik generasi
ketiga CV Mubarokfood Muhammad Hilmy mengatakan bahwa tema dari Museum ini
adalah Glokalisasi yang artinya membumikan potensi lokal dari kabupaten Kudus ke
kancah global.
Museum Jenang Kudus menampilkan
cerita sejarah makanan tradisional khas Kudus yang tak lain adalah Jenang.
Didalam Museum Jenang Kudus terdapat diorama Pasar Bubar Menara yang nnotabene
merupakan pasar pertama jenang Kudus di tahun 1930, kemudian terdapat lukisan pakaian
adat Kudus, Al-Qur’an dengan ukuran yang cukup besar, visualisasi rumah adat
joglo, alat pembuat jenang dari waktu ke waktu, miniatur Menara kudus, serta
beberapa sejarah kota Kudus seperti alun-alun Kudus tahun 1936, Rumah Kapal,
Jembatan Kereta Api Tanggulangin di tahun 1900, Interior Pendopo Kabupaten
Kudus tahun 1923, kantor polisi tahun 1928, Gedung Teater Kudus tahun 1929 dan
masih banyak lagi hal menarik yang dapat dilihat dari Museum Jenang Kudus ini.
Sejatinya Museum Jenang Kudus adalah
pusat sentra oleh-oleh. Museum yang di-launching pada 24 Mei 2017 ini telah
menarik pengunjung dari dalam maupun luar Kudus. Praktisnya, pusat
produk-produk olahan jenang dapat dijumpai dilantai satu, sedangkan museumnya
dapat ditemukan dilantai dua. Mengutip dari semboyan “Jas Merah” yang tak lain
merupakan semboyan yang diucapkan oleh Soekarno yang memiliki arti “Jangan
sekali-kali melupakan sejarah” tentu merupakan slogan yang sudah sepatutnya
kita jalankan. Rekreasi penting guna merefresh otak kita, namun rekreasi
sembari menambah pengetahuan adalah sebuah pilihan. Oleh karenanya, tidak ada
salahnya berekreasi sambil menambah wawasan di Museum Jenang Kudus ini. Seperti
yang dikatakan oleh Pablo Picasso “Beri aku museum dan aku akan mengisinya”,
maka sudah sepatutnya bagi kita mengisi wawasan diri dengan belajar melalui
Museum.
0 komentar